Pulau Kelapa – Respon cepat dilakukan Lurah Pulau Kelapa, Muslim, setelah muncul keluhan warga terkait pencemaran oil spill atau pek yang mengotori bibir pantai Pulau Kelapa, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Muslim mengerahkan personel PPSU dibantu warga setempat untuk bahu-membahu membersihkan pek yang terbawa arus laut hingga menumpuk di tepian pantai.
Langkah ini dilakukan guna meminimalisir dampak pencemaran yang dikhawatirkan mengganggu aktivitas warga dan wisatawan.
“Sejak pagi petugas PPSU sudah kami turunkan. Mereka bersama warga berupaya membersihkan pek yang menempel di pasir dan batu karang agar tidak semakin meluas,” kata Muslim, Minggu (21/9/2025).
Ia menjelaskan, pencemaran ini juga telah dilaporkan ke pihak Kabupaten Kepulauan Seribu untuk mendapat tindak lanjut dan penanganan lebih menyeluruh. Menurutnya, keterlibatan banyak pihak sangat dibutuhkan agar masalah ini tidak terus berulang.
“Kami sudah laporkan secara resmi, semoga ada langkah lanjutan. Harapan kami, pencemaran pek ini tidak hanya ditangani di hilir, tapi juga dicari sumbernya supaya bisa dicegah,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Peran Serta Masyarakat Sudin Lingkungan Hidup (LH) Kepulauan Seribu, Riza Lestari Ningsih, menyebut pihaknya juga sudah mengerahkan petugas PJLP untuk membantu pembersihan di lokasi terdampak.
“Koordinasi lintas instansi terus kami lakukan. Saat ini petugas PJLP sudah turun di Pulau Kelapa. Pembersihan dilakukan manual dengan peralatan sederhana, fokus di titik pantai yang paling parah terkena pek,” jelas Riza.
Ia menambahkan, oil spill atau pek bukan hanya merusak estetika pantai, tetapi juga berpotensi merusak biota laut, termasuk terumbu karang dan ikan tangkapan nelayan.
“Kalau tidak segera ditangani, dampaknya bisa meluas ke sektor ekonomi masyarakat, terutama pariwisata dan nelayan,” katanya.
Warga berharap upaya pembersihan ini tidak berhenti sampai di sini, melainkan ditindaklanjuti dengan penanganan komprehensif agar perairan Kepulauan Seribu tetap terjaga.
“Kami hanya ingin laut tetap bersih. Ini sumber kehidupan kami,” ujar Asep Insan, seorang nelayan Pulau Kelapa.









