Tips  

Ini Kata Ahli Soal Bahaya Aktivitas Penyelaman Tradisional di Kepulauan Seribu

Avatar photo
aktivitas penyelaman tradisional belum mendapatkan edukasi yang maksimal terkait risiko yang ditimbulkan bagi kesehatan penyelam.
aktivitas penyelaman tradisional belum mendapatkan edukasi yang maksimal terkait risiko yang ditimbulkan bagi kesehatan penyelam. Foto: Ilustrasi

Kepulauan Seribu – Sebagai salah satu destinasi wisata yang menyimpan keindahan bawah laut, Kepulauan Seribu kerap dikunjungi para pecinta diving atau selam, baik profesional, rekreasi, maupun tradisional. Namun, aktivitas penyelaman tradisional belum mendapatkan edukasi yang maksimal terkait risiko yang ditimbulkan bagi kesehatan penyelam.

Salah satu risiko utama yang dihadapi penyelam tradisional adalah tekanan bawah laut yang dapat berdampak negatif pada tubuh. Efeknya bisa beragam, mulai dari gangguan pendengaran, penyakit dekompresi, hingga trauma tekanan berulang yang bisa membahayakan kesehatan jangka panjang.

Menurut dr. Soeprihadi Soedjono, Spesialis Kedokteran Kelautan, Konsultan Penyelamatan dan Hiperbarik RSUD Kepulauan Seribu, salah satu solusi yang kini diterapkan adalah Hiperbarik Oksigen Terapi (HBOT). Terapi ini berperan penting dalam membantu pemulihan penyelam dari efek tekanan bawah laut, seperti penyakit dekompresi dan kelelahan ekstrem.

“RSUD Kepulauan Seribu telah menyediakan fasilitas HBOT untuk menangani kasus kesehatan penyelam. Ini bukan hanya pengobatan, tetapi juga bagian dari edukasi agar penyelam lebih memahami dampak tekanan bawah laut pada tubuh mereka,” jelas dr. Soeprihadi dalam Podcast Radio Kepulauan Seribu, Selasa (18/02/2025).

Selain HBOT, pemeriksaan kesehatan tahunan atau Medical Check-Up (MCU) bagi penyelam juga dianggap sangat penting. Dengan MCU, penyelam dapat mengetahui kondisi kesehatan mereka secara berkala dan mendeteksi apakah ada gangguan akibat menyelam atau karena faktor lain.

“MCU tahunan harus menjadi standar bagi para penyelam. Ini adalah langkah preventif supaya mereka tetap sehat dan bisa bekerja dengan aman dalam jangka panjang,” kata Soeprihadi.

Sayangnya, masih banyak penyelam tradisional yang belum memiliki akses atau kesadaran terhadap pentingnya HBOT dan MCU. Padahal, edukasi serta fasilitas kesehatan berbasis hiperbarik dapat mengurangi risiko kecelakaan dan meningkatkan keselamatan penyelam di seluruh Indonesia.

Selain itu, kurangnya regulasi yang mewajibkan penyelam tradisional menjalani pemeriksaan kesehatan rutin juga menjadi tantangan tersendiri. Tanpa adanya kebijakan yang mengatur standar keselamatan bagi penyelam, risiko kecelakaan di bawah laut tetap tinggi.

“Ke depan, perlu ada edukasi lebih lanjut serta kebijakan kesehatan yang mewajibkan penyelam untuk menjalani MCU tahunan. Dengan begitu, para penyelam dapat bekerja lebih aman, sehat, dan risiko kecelakaan menyelam dapat diminimalkan,” tandasnya.

Edukasi yang lebih masif dan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai akan menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko penyelaman tradisional. Dengan langkah ini, diharapkan para penyelam dapat tetap menjalankan aktivitas mereka dengan lebih aman dan sehat.

[poll id=”3″]

Bagaimana Anda menilai informasi ini? Berikan reaksi Anda!