Dalam masyarakat Kepulauan Seribu, terdapat legenda tentang sosok Darah Putih yang asal-usulnya masih menjadi misteri.
Legenda ini memiliki beberapa versi yang berbeda. Salah satu versi menceritakan bahwa dahulu, sekelompok bajak laut menyerang salah satu pulau di Kepulauan Seribu, merampas harta benda dan mengganggu penduduk.
Seorang pendekar sakti yang menjadi penjaga pulau menangkap dan menghukum para bajak laut, membakar tubuh mereka di tepi pelabuhan.
Sejak saat itu, pulau tersebut dikenal sebagai Pulau Panggang, dan lokasi pembakaran bajak laut tersebut kini menjadi dermaga bagi penduduk setempat.
Versi lain menyebutkan bahwa di perairan Kepulauan Seribu terdapat bajak laut yang mengganggu keamanan penduduk.
Suatu hari, segerombolan bajak laut hendak menyerang Pulau Panggang, namun Darah Putih menggunakan kekuatan saktinya untuk membuat sekeliling pulau menjadi gelap gulita.
Akibatnya, para bajak laut hanya mampu mencapai sebagian kecil pulau. Mereka mengira Pulau Panggang diselimuti kabut dan terpaksa mundur.
Sosok Darah Putih menjadi simbol dari perjuangan melawan perompakan dan bajak laut. Pada masa itu, legenda ini merefleksikan konflik perebutan kekuasaan di laut serta upaya masyarakat Orang Pulo untuk melindungi daerah mereka.
Legenda ini terus diwariskan dari generasi ke generasi. Makam Darah Putih di Pulau Panggang menjadi bukti sejarah dan diakui sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.






