Di tengah kemajuan zaman dan canggihnya wahana permainan modern, Kemedi Putar Pulau Kelapa tetap hadir sebagai simbol kegembiraan sederhana bagi anak-anak di pulau ini. Lebaran menjadi momen spesial ketika wahana tradisional ini kembali beroperasi, menghidupkan nostalgia masa kecil yang pernah begitu melekat dalam ingatan banyak orang.
Wahana ini tidak sekadar permainan biasa. Alm. Pak Husen, tokoh masyarakat Pulau Kelapa sekaligus pencetus Kemedi Putar, menciptakannya lebih dari empat dekade lalu dengan satu tujuan: menghadirkan hiburan bagi anak-anak yang tidak memiliki akses ke wahana-wahana modern di daratan Jakarta.
Dengan miniatur pesawat, kuda kayu, dan kursi berputar yang didorong secara manual oleh pemiliknya, suara musik yang mengiringi tiap putaran menjadi bagian dari kehangatan yang selalu ditunggu-tunggu saat Lebaran.
Namun, zaman telah berubah. Jika dulu wahana ini dipadati antrean panjang, kini minat anak-anak tak lagi seperti di era kejayaannya. Meski begitu, M. Rihan, pewaris generasi ketiga, tetap mempertahankan warisan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap amanat sang kakek dan ayahnya.

Di usianya yang masih 21 tahun, Rihan tetap teguh menghadirkan kemedi putar setiap Lebaran, meski penghasilan yang didapat tak lagi sebesar dulu.
“Dulu anak-anak sampai antre panjang, sekarang biasa saja. Tapi tetap ada yang senang menaikinya, dan itu sudah cukup buat saya,” ungkapnya.
Kemedi Putar Pulau Kelapa kini berdiri sebagai satu-satunya wahana tradisional yang masih bertahan di antara 11 pulau permukiman di Kepulauan Seribu. Meski anak-anak Jakarta kini menikmati kemewahan wahana modern seperti Dufan, TMII, atau permainan digital di mall, bagi anak-anak Pulau Kelapa, kemedi putar tetap menjadi momen spesial yang tidak tergantikan.
Di tengah kemajuan zaman, Pemerintah Daerah Kepulauan Seribu telah berupaya menyediakan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) sebagai wadah edukasi dan rekreasi bagi anak-anak di wilayah ini.
Dengan manajemen yang sistematis, RPTRA berfungsi sebagai tempat bermain sekaligus ruang pembelajaran bagi anak-anak usia dini, memastikan mereka memiliki pengalaman belajar yang aman dan menyenangkan. Keberadaan RPTRA di beberapa titik telah memberikan alternatif wahana yang lebih terstruktur dibandingkan permainan tradisional.
Namun, meskipun RPTRA telah menjadi solusi yang baik bagi perkembangan anak-anak, pemerintah tetap perlu memperhatikan kondisi wahana yang tersedia, seperti ayunan, seluncuran, dan permainan lainnya, agar tetap aman digunakan.

Perawatan rutin dan inspeksi berkala harus menjadi perhatian utama, mengingat anak-anak di Kepulauan Seribu tidak memiliki banyak pilihan wahana bermain dibandingkan dengan anak-anak di Jakarta daratan. Keselamatan mereka dalam bermain harus selalu menjadi prioritas utama.
Sebagai bagian dari pengembangan wisata dan budaya lokal, pemerintah juga dapat mendorong stimulan bagi masyarakat yang memiliki usaha hiburan tradisional, seperti Kemedi Putar Pulau Kelapa. Dengan sedikit dukungan, wahana ini bisa menjadi objek wisata unik di momen-momen tertentu, tidak hanya saat Lebaran.
Keberadaannya bisa menjadi bagian dari paket wisata budaya, selain menawarkan keindahan alam bahari Kepulauan Seribu kepada wisatawan. Jika pemerintah lebih aktif dalam mengangkat potensi hiburan lokal, tidak mustahil bahwa Kemedi Putar yang kini dianggap “jadul” justru bisa menjadi atraksi khas yang membedakan Kepulauan Seribu dari destinasi wisata lainnya.
[poll id=”3″]









