Kisah  

Dilema Sari Patih

Avatar photo

Ki Badai Abu terhuyung, nyaris jatuh, jika saja Ki Angin Putih tidak menahannya. “Ajian Tameng Waja…” gumam Ki Angin Putih, suaranya bergetar. Sorot matanya berubah tajam, seperti pisau yang baru diasah. “Bocah, apa hubunganmu dengan Mayang Sari? Ajiannya… aku sangat mengenalnya.”

“Cepat katakan, agar kau tidak menyesal,” tambah Ki Angin Putih, suaranya kini dingin seperti es yang membekukan darah.

“Dia… jangan-jangan anak Mayang Sari, Kakang!” timpal Nyai Tunjung Biru, matanya melebar karena terkejut. Gerakan Saga saat menghindar dan mengembalikan tenaga dalam Ki Badai Abu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh orang biasa.

Saga, mereka adalah kakak seperguruanku. Mereka memiliki kesaktian yang mungkin jauh lebih digdaya darimu,” bisik suara gaib Ratu Mayang Sari di telinga Saga. “Kamu harus lebih berhati-hati. Mereka adalah pengkhianat… pembunuh Guruku.”

*****

Dengan kata-kata yang hanya dapat didengar oleh mereka berdua, Saga hendak bertanya tentang ketiga tokoh misterius itu. Namun, sebelum suaranya sempat terucap, udara di sekitarnya bergetar—tiga jarum terbang meluncur bak kilat, mengincar tubuhnya tanpa ampun.

Jarum-jarum itu bukan sembarang senjata, mereka adalah Jarum Pencabut Sukma, senjata rahasia Nyai Tunjung Biru yang legendaris. Jarum ini telah banyak memakan korban, bahkan gurunya sendiri, Ki Jaga Baya, tak berkutik setelah racunnya menyebar ke seluruh tubuh.

“Hiaaat!” Saga memutar tubuhnya dengan sigap, menghindari hujaman jarum yang melesat begitu cepat hingga nyaris tak terlihat. Gerakannya seperti bayangan yang meliuk-liuk di antara angin.

“Bisa juga kau, bocah! Mampu menghindari jarum-jarum milikku,” ejek Nyai Tunjung Biru, senyum licik masih menghiasi wajahnya.

Tapi wanita ini tidak berhenti di situ. Dengan gerakan kedua tangannya yang elegan namun mematikan, dia mendorong ke depan, menciptakan pusaran air yang berputar liar. Pusaran itu kemudian membentuk satu tangan astral raksasa, yang dengan kecepatan luar biasa menderu ke arah Saga.

“Rasakan Pukulan Ombak Biru, hai bocah nakal!” teriak Nyai Tunjung Biru, matanya berkilat penuh tantangan sambil tetap tersenyum genit kepada Saga.

Pukulan ini tampaknya mustahil dihindari. Setelah berhasil lolos dari jarum beracun, Saga kini terjebak dalam pusaran kekuatan yang mematikan. Dia tak bisa mundur, tapi juga tak bisa diam. Dengan semua instingnya, Saga mempraktikkan jurus ke-15 dari ‘Tapak Naga Samudera’, yaitu ‘Naga Menghalau Badai’. Tubuhnya bergerak seperti ombak yang melawan badai, menghindari serangan yang datang dari segala arah. Tak cukup sampai di situ, Saga langsung melanjutkan dengan jurus pamungkas dari Tapak Naga Samudera: ‘Naga Pembelah Samudera’.

“Iyaaaat! Hiaaaa!” Saga mengerahkan seluruh kekuatannya, memukul ke depan dengan energi yang memancar seperti dua bayangan naga raksasa.

Dua kekuatan dahsyat itu bertabrakan dengan ‘Pukulan Ombak Biru’, menciptakan ledakan yang menggoyangkan dahan-dahan pepohonan di sekitar arena pertarungan. Debu berterbangan, menyelimuti medan perang seperti kabut misterius.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *