Kisah  

Dilema Sari Patih

Avatar photo

“Kakaaaaang!” Teriakan histeris Nyai Tunjung Biru membelah udara saat ia melihat tubuh Ki Angin Putih—atau Mahesa Rana—yang kini sudah tak bernyawa. “Kakang Mahesa!” Nyai Tunjung Biru seperti tak percaya bahwa lelaki yang juga pernah menjadi suaminya itu harus meregang nyawa di hadapannya.

Sementara itu, aroma wajah yang sama terkejutnya juga tampak pada Ki Badai Abu. Dia, yang sedang terluka parah, berusaha beringsut ke tubuh kakak seperguruannya. “Kak… kakaang…” Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan kata-katanya, sinar putih keperakan itu kembali muncul, menghantam tubuh lemah Ki Badai Abu tanpa ampun. Tubuh gempalnya langsung gosong seperti terbakar bara api. Tak ada kesempatan bagi Ki Badai Abu untuk bertahan hidup.

Dua pendekar golongan sesat yang juga murid durhaka itu kini terbujur menjadi mayat, menyisakan seorang Nyai Tunjung Biru yang seakan tak percaya kedua kakak seperguruannya terbujur kaku hampir secara bersamaan.

Mata wanita berdandan mencolok itu mendelik nanar. Dia menatap tajam seorang pria tegap yang ternyata dikenalinya. “Raden Arya Saka,” geramnya, suaranya penuh amarah dan dendam. “Suatu saat nanti, akan aku balas perbuatanmu!” gumam Nyai Tunjung Biru sambil melepaskan tiga jarum beracun ke arah sosok pria itu. Namun, dengan gerakan cepat, ia berkelebat pergi tanpa menoleh, meninggalkan tubuh Ki Angin Putih dan Ki Badai Abu. Nyai Tunjung Biru—atau Intan Pratiwi—sangat mengetahui siapa sebenarnya pria yang membunuh kedua kakak seperguruannya itu.

*****

Raden Arya Saka, salah satu pendekar pilih tanding yang telah mencapai tingkatan keilmuan hampir sempurna, berdiri tegak di tengah medan pertempuran yang porak-poranda. Arya Saka adalah murid ketiga dari Ki Cipta Buana, seorang guru besar legendaris yang namanya terukir dalam sejarah persilatan. Ki Cipta Buana memiliki tiga murid utama, masing-masing membawa keunikan dan kehebatan tersendiri.

Murid pertamanya adalah Ki Jaga Baya, atau yang lebih dikenal sebagai Raden Sentanu, seorang pendekar sakti yang bergelar Ksatria Naga Samudera. Dialah murid tertua yang menjadi simbol kekuatan dan keteguhan. Ki Jaga Baya dikenal sebagai pelindung tanah air dari ancaman musuh-musuh besar, dengan ilmu beladiri yang tak tertandingi serta kebijaksanaan yang membuatnya dihormati oleh banyak orang. Namun, nasib tragis menimpanya akibat pengkhianatan murid-muridnya sendiri, meninggalkan luka mendalam bagi dunia persilatan.

Murid keduanya adalah Ki Si Hun, seorang pendekar misterius dari negeri tirai bambu. Ia membawa angin timur ke dunia persilatan tanah air, memperkenalkan teknik-teknik unik yang jarang dilihat orang. Dengan gelar Ksatria Naga Buana, Ki Si Hun menjadi sosok yang sulit diprediksi—seorang ahli strategi yang selalu bergerak seperti bayangan, meninggalkan jejak-jejak keajaiban di setiap langkahnya. Meski ia jarang muncul di medan pertempuran, kehadirannya selalu membawa dampak besar.

Sementara itu, murid ketiganya adalah Raden Arya Saka, seorang pemuda yang kemudian dikenal sebagai Kesatria Naga Semesta. Arya Saka adalah murid termuda, namun ia memiliki bakat luar biasa yang membuatnya mencapai tingkatan keilmuan hampir sempurna. Ia adalah perpaduan antara kekuatan, kebijaksanaan, dan ketenangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *