Pulau Kelapa, salah satu dari 11 pulau permukiman di Kepulauan Seribu, dikenal sebagai pulau terpadat yang dihuni oleh masyarakat dari beragam etnis, seperti Banten, Jawa, Sunda, hingga Bugis Makassar. Selain menjadi tempat tinggal, Pulau Kelapa juga menjadi tujuan wisata religi yang menarik.
Di balik keindahannya, pulau ini menyimpan kisah mistis tentang Koko Batu, sosok hantu laut berbau amis yang dikatakan meneror anak-anak sejak tahun 1990-an. Keberadaan makhluk ini menjadi legenda yang terus diceritakan dari generasi ke generasi.
Menurut warga setempat yang lahir pada tahun 1950-an, Koko Batu adalah makhluk hitam dengan aroma khas yang disebut sebagai ‘perengus’ dalam bahasa lokal. Masyarakat percaya bahwa sosok ini muncul menjelang waktu Magrib untuk menakut-nakuti anak-anak yang masih bermain di luar rumah. Orang tua sering menggunakan nama Koko Batu sebagai peringatan agar anak-anak segera pulang sebelum malam tiba.
Beberapa saksi mata mengisahkan bahwa tanda kehadiran Koko Batu dimulai dengan munculnya bau amis yang menyengat dari arah laut. Bau ini diyakini sebagai pertanda bahwa makhluk tersebut sedang mendekat. Beberapa warga mengklaim bahwa setelah mencium bau tersebut, mereka merasakan suasana sekitar menjadi lebih dingin dan mencekam.
Cerita tentang Koko Batu tidak hanya sebatas gangguan bau amis. Beberapa orang percaya bahwa makhluk ini juga dapat membawa korban. Ada kisah yang menyebutkan bahwa anak-anak yang membandel dan tetap bermain di luar saat Magrib bisa tiba-tiba menghilang atau ditemukan dalam keadaan linglung tanpa ingatan yang jelas tentang apa yang terjadi.
Bentuk dari Koko Batu sendiri masih menjadi misteri. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, makhluk ini digambarkan sebagai sosok hitam sebesar manusia dewasa dengan mata yang tidak terlihat jelas. Kadang-kadang, ia muncul dari arah laut atau pantai dan bergerak dengan cara melayang, seolah tidak menginjak tanah.
Masyarakat Pulau Kelapa meyakini bahwa keberadaan Koko Batu merupakan bagian dari energi gaib yang menghuni perairan sekitar pulau. Sebagian orang percaya bahwa makhluk ini adalah roh gentayangan dari seseorang yang pernah mengalami kejadian tragis di laut, sedangkan yang lain menganggapnya sebagai penjaga gaib yang menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Menariknya, biasanya para ibu-ibu yang kelahiran tahun 70-an menyebut anak-anak yang setelah makan tidak mencuci tangan dan berbau amis sebagai “Koko Batu.” Hal ini semakin mengukuhkan nama makhluk tersebut dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Pulau Kelapa.
Meski kisah ini telah beredar selama puluhan tahun, hingga kini belum ada bukti nyata yang bisa mengonfirmasi keberadaan Koko Batu. Namun, warga Pulau Kelapa tetap berhati-hati dan memilih untuk menghormati cerita yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Beberapa nelayan yang sering melaut pada malam hari mengaku pernah melihat bayangan hitam bergerak di atas permukaan air atau mendengar suara gemerisik aneh di sekitar perahu mereka. Fenomena ini semakin menguatkan kepercayaan bahwa ada sesuatu yang tidak kasat mata menghuni perairan Pulau Kelapa.
Kepercayaan terhadap Koko Batu juga turut membentuk kebiasaan masyarakat. Anak-anak dilarang bermain di luar rumah saat senja, dan para nelayan lebih berhati-hati jika mencium bau amis yang tiba-tiba muncul tanpa sebab jelas. Sebagian orang bahkan mengadakan doa bersama untuk menghindari gangguan dari makhluk ini.
Sebagai salah satu kisah mistis yang masih berkembang, Koko Batu tetap menjadi bagian dari budaya lisan masyarakat Pulau Kelapa. Entah sebagai mitos belaka atau memang ada kebenarannya, cerita ini tetap hidup dan diwariskan kepada generasi berikutnya.
Bagi wisatawan yang berkunjung ke Pulau Kelapa, mendengar kisah tentang Koko Batu dari warga setempat bisa menjadi pengalaman tersendiri. Meskipun terdengar menyeramkan, cerita ini memberikan gambaran bagaimana masyarakat pesisir memaknai hubungan mereka dengan alam dan dunia gaib.
Apakah Koko Batu benar-benar ada? Atau hanya sekadar cerita untuk menakuti anak-anak agar segera pulang ke rumah saat Magrib? Jawabannya mungkin akan tetap menjadi misteri yang tersimpan di perairan Pulau Kelapa.
[poll id=”3″]









