Kepulauan Seribu — Pulau Sebira, yang selama ini dikenal sebagai pulau terujung dan paling terpencil di wilayah administratif Kepulauan Seribu, perlahan mulai menepis stigma keterpencilan berkat kreativitas seorang warga lokal yang aktif di media sosial.
Sosok itu adalah Siti Halijah, ibu rumah tangga asal Pulau Sebira, Kelurahan Pulau Harapan, yang kini dikenal luas di TikTok dengan akun @liza02312.
Melalui konten-konten autentik yang mengangkat kehidupan sehari-hari masyarakat Sebira, Halijah berhasil menarik perhatian warganet.
Tak hanya menyajikan pemandangan indah dari sudut-sudut pantai, ia juga membagikan potret kehidupan warga, aktivitas sosial, serta budaya lokal masyarakat Bugis yang mendiami pulau tersebut secara turun-temurun.
Salah satu video paling viral yang diposting Halijah menampilkan proses pengasinan ikan selar, yang merupakan produk unggulan Pulau Sebira.
Video tersebut berhasil mencatat lebih dari 1,2 juta penayangan di TikTok, sekaligus menarik minat publik terhadap kehidupan pesisir yang jarang terekspos media arus utama.
Dengan 3.989 pengikut dan lebih dari 32 ribu likes di TikTok, Halijah tak hanya membagikan konten semata, tapi juga menjalankan peran strategis sebagai “duta informal” yang mengenalkan Pulau Sebira ke masyarakat luas.
Ia juga aktif di Instagram dengan akun @sitihalizah24 yang turut menjadi kanal penyebaran informasi positif tentang Sebira.
Kreativitas Halijah memperlihatkan bahwa narasi tentang keterpencilan bisa diubah menjadi potensi pariwisata dan kebanggaan lokal.
Dengan kamera ponsel sederhana dan konsistensi, ia menyulap Pulau Sebira menjadi destinasi yang terlihat dekat, hidup, dan memesona.
“Pulau kami jauh, tapi bukan berarti harus diam. Saya hanya ingin orang tahu, Sebira itu punya banyak hal indah yang bisa dibagikan,” ujar Halizah dalam salah satu unggahannya.
Kini, video-video Halijah tak hanya ditonton oleh pengguna media sosial di Indonesia, tapi juga mulai disukai oleh pengguna dari luar negeri, terutama mereka yang tertarik dengan budaya pesisir dan kuliner hasil laut.
Apa yang dilakukan Halijah mencerminkan kekuatan warga dalam membangun citra positif wilayahnya tanpa menunggu intervensi besar dari luar.
Ia menjadi bukti bahwa narasi daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) bisa diubah menjadi daya tarik, asal disampaikan dengan jujur, segar, dan konsisten.
Pulau Sebira pun, lewat lensa dan narasi Halijah, tak lagi terasa jauh. Ia telah menjadi bagian dari ruang publik digital yang bisa diakses siapa pun, kapan pun, tanpa perlu naik kapal berjam-jam lamanya.









