Kisah  

Mendung di Pulau Tidung 2

Avatar photo

Ki Jaladri mengawasi dari kejauhan, senyum tipis muncul di balik kegelapan wajahnya. “Semakin menarik…”

Saga terus bertarung, menghindari setiap serangan, mencari celah untuk mengalahkan sang naga. Tapi naga itu terlalu kuat. Setiap luka yang diberikan Saga, seakan sembuh dalam hitungan detik. Tubuhnya mulai kehilangan tenaga, namun ia tahu ia tidak bisa menyerah.

Lalu, ia melihatnya—cincin ‘Genta Buana’ di jarinya mulai berpendar. Seolah merespons energi naga, cincin itu mengirimkan kilatan cahaya yang menyilaukan.

“Ini dia!” Saga berteriak, melompat tinggi, lalu menancapkan tinjunya tepat di antara dua mata sang naga. Cahaya menyala terang, suara dentuman terdengar. Naga itu meraung, tubuhnya mulai retak, lalu pecah menjadi ribuan serpihan cahaya.

Ki Jaladri mengangguk pelan. “Kau layak, Saga.”

Bayangan yang mengikat Saga menghilang. Angin kembali berhembus normal. Langit yang tadi pekat kini perlahan mulai cerah. Jembatan Misteri tak lagi terasa mengerikan. Saga segera berlari ke arah Nayaka, mengangkat tubuhnya yang lemah.

“Kita berhasil, Naya…” bisik Saga.

Namun sebelum mereka melangkah lebih jauh, Ki Jaladri mengulurkan tangannya. “Ingat, Sagara. Jalanmu masih panjang. Apa yang kau hadapi malam ini hanyalah permulaan. Bersiaplah, karena yang lebih besar sedang menunggumu.”

Lalu, dalam sekejap, Ki Jaladri menghilang bersama kabut, meninggalkan jembatan dalam keheningan.

Saga menatap ke depan. Ia tahu petualangannya masih jauh dari kata selesai. Tapi untuk saat ini, ia hanya ingin satu hal—menyelamatkan Nayaka dan keluar dari jembatan ke Pulau Tidung Kecil.

*****

Setelah melewati jembatan kelam yang penuh ujian, Saga dan Nayaka akhirnya tiba di ujung Jembatan Misteri . Saat mereka menembus bayangan tipis yang membatasi dunia nyata dan dimensi lain, tiba-tiba pemandangan di sekitar mereka berubah drastis.

Mereka kini berdiri di sebuah taman yang luar biasa indah. Bunga-bunga berwarna-warni bermekaran di segala penjuru, menyebarkan aroma harum yang menenangkan. Udara terasa lebih segar, dan sinar matahari yang lembut menyelimuti mereka dengan kehangatan yang menenangkan.

Luka-luka yang mereka dapatkan dari lima tantangan sebelumnya perlahan menghilang, seakan taman ini memiliki kekuatan penyembuhan alami.

Namun, yang lebih mencengangkan, Pulau Tidung Kecil ini juga dipenuhi oleh pohon-pohon buah yang rimbun. Mangga, apel, jeruk, pepaya, dan berbagai buah lain tampak menggoda dengan warna-warni yang matang sempurna.

Perut yang kosong setelah perjuangan panjang membuat Nayaka, yang kini telah menjadi istri Saga, spontan mengulurkan tangan untuk memetik salah satu buah.

Namun, sebelum jemarinya menyentuh kulit buah yang mengilap, tiba-tiba Saga mendengar suara lembut berbisik di telinganya. Itu suara Ratu Mayang Sari , mengingatkannya dengan tegas:

“Jangan biarkan siapa pun menyentuh buah ini sebelum menemukan Buah Inti Kehidupan di tengah taman. Semua buah ini hanya ilusi, dan akan membawa celaka jika dimakan.”

Saga seketika tersadar, lalu dengan sigap menggenggam tangan Nayaka sebelum istrinya sempat memetik buah tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *