Kisah  

Menumpas Angkara Murka

Bab 6

Avatar photo

Basri, Karto, dan tiga warga lain yang ikut dalam penyerangan sarang perompak di Pulau Onrust berjingkrak kesenangan karena mereka telah berhasil membebaskan pulau mereka dari genggaman perompak ganas. Mereka berteriak dan menari dengan gembira, membuat suasana menjadi lebih ceria dan meriah.

Di saat bersamaan, Ki Badri yang juga berada tidak jauh dari lokasi itu menghampiri Saga. Dengan berpura-pura menyanjung-nyanjung kesaktian Saga, Ki Badri sebenarnya telah mempersiapkan badik kecil yang telah dilumuri racun untuk menusuk Saga. Ki Badri terlihat sangat licik dan berbahaya, membuat Saga tidak menyadari bahaya yang akan datang.

Namun, perhitungan Ki Badri meleset. Saat akan menusuk Saga, ajian Tameng Waja milik Saga bereaksi dan mengeluarkan hempasan energi yang cukup besar sehingga Ki Badri terpental. Ki Badri muntah darah seraya menjerit keras seperti ada pukulan kuat yang juga menghantamnya dari arah samping.

Tapi, apa yang terjadi? Gandi ternyata telah mengenali gelagat tidak baik dari Ki Badri dan mengeluarkan ajian “Gelap Ngampar” yang merupakan ajian pelindung diri, tapi juga bisa menjadi pukulan jarak jauh yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Gandi terlihat sangat kuat dan berpengalaman, membuat Saga semakin penasaran tentang kemampuan dan latar belakang Gandi yang masih menjadi misteri.

Bahkan Saga pun tidak mengetahuinya. Gandi sangat pandai menyimpan rahasia dirinya, dan Saga semakin penasaran tentang kemampuan dan latar belakang Gandi yang masih menjadi misteri.

Gandi tersenyum dan berkata, “Sudah, biarkan penghianat itu modar.” Gandi terlihat sangat tenang dan percaya diri, membuat Saga merasa lebih lega dan berterima kasih.

Hasanudin yang berlarian ke arah Saga dan Gandi berteriak, “Saga, waspadalah! Ki Badri adalah penghianat dan juga mata-mata perompak!” Hasanudin terlihat sangat khawatir dan berusaha untuk memberikan peringatan kepada Saga.

Tapi, Hasanudin terlambat. Ki Badri sudah terbujur kaku dengan muka lebam kehitaman. Basri mencemooh Hasanudin, “Kemana saja kamu, Din? Kita mati-matian menumpas perompak, kamu malah bersembunyi.” Basri terlihat sangat kesal dan kecewa dengan Hasanudin.

Karto menimpali, “Bukanya kita mati-matian menahan kecing, agar tidak bau pesing karena ketakutan oleh perompak?” Perkataan Karto membuat Saga dan lainnya tersenyum, sementara Basri tertunduk malu. Suasana menjadi lebih santai dan ceria setelah pertarungan sengit.

Gandi menghampiri Ki Badri dan memeriksa tubuhnya. “Ki Badri sudah tidak bernyawa lagi. Tapi, kita harus waspada, karena masih ada kemungkinan bahwa ada penghianat lain di antara kita.” Gandi terlihat sangat serius dan waspada, membuat Saga dan lainnya merasa lebih khawatir.

Saga mengangguk, “Benar, Gandi. Kita harus waspada dan terus berhati-hati.” Saga terlihat sangat percaya diri dan berani, membuat Gandi dan lainnya merasa lebih lega.

Saat Nayaka Sari masih belum sadar, Saga dan Gandi saling menatap dengan khawatir. “Gandi, apa yang harus kita lakukan?” Saga bertanya dengan suara yang khawatir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *