Kisah  

Menumpas Angkara Murka

Bab 6

Avatar photo

Gandi hanya senyum-senyum saja, seakan memandang enteng gerombolan perompak itu. Dia memiliki senyum yang menunjukkan kepercayaan diri dan mata yang tajam.

Saga semakin tegas menantang para perompak.

“Kita tidak akan mundur!” teriak Saga dengan suara yang keras. “Kita akan menghajar kalian semua!”

Saat pertempuran terjadi, Saga dan Gandi maju dengan semangat juang yang tinggi. Mereka berdua menggunakan jurus-jurus yang telah mereka kuasai dengan cepat dan tepat.

Sementara itu, Basri dan keempat lelaki yang meski perawakannya tinggi besar, gemetar kakinya dan dilalanya mereka malah bersembunyi di balik semak-semak. Salah satu dari empat lelaki itu, yang bernama Karto, tiba-tiba terkencing-kencing karena takut. Dia berlari ke arah semak-semak, namun malah terjatuh dan menggelinding di tanah.

“A-aku tidak bisa menahan lagi!” teriak Karto dengan suara yang gemetar dan wajah yang merah padam.

Para perompak yang melihat kejadian itu tidak bisa menahan tawa mereka. Mereka tertawa dengan keras dan mengejek Karto.

“Haha! Lihat itu! Orang itu terkencing-kencing karena takut!” teriak salah satu perompak sambil menunjuk Karto dengan jari telunjuknya.

Basri yang melihat kejadian itu juga tidak bisa menahan tawa. Dia berbisik dengan suara yang gemetar, “A-aku tidak bisa membantu Karto. A-aku juga takut.”

Saga dan Gandi yang melihat kejadian itu tidak bisa menahan senyum mereka. Mereka berdua kemudian melanjutkan pertarungan mereka, namun dengan semangat yang lebih tinggi karena telah melihat kejadian yang lucu tersebut.

Saat pertarungan berlangsung, Saga meminta Gandi berhati-hati. “Gandi, jangan sampai terluka!” teriak Saga dengan suara yang keras dan penuh kekhawatiran.

Namun, Gandi hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. “Aku tidak perlu ikut bertarung, Saga. Aku yakin kamu sendirian bisa mengalahkan 30 orang perompak itu,” kata Gandi dengan nada yang percaya diri dan santai.

Gandi kemudian mundur dan mencari tempat duduk yang nyaman di bawah pohon yang rindang. Dia membuka bekal makanan yang terdiri dari sate, nasi, dan sayuran, dan mulai makan dengan santai sambil menikmati pemandangan sekitar.

Basri dan Karto yang melihat adegan itu hanya bisa geleng-geleng kepala dengan heran. “Apa yang salah dengan Gandi?” bisik Basri kepada Karto. “Dia sepertinya tidak peduli dengan pertarungan yang sedang berlangsung.”

“Aku tidak tahu, tapi dia pasti tidak normal,” jawab Karto dengan heran. “Orang normal tidak akan makan sate saat pertarungan.”

Sementara itu, Saga terus bertarung dengan para perompak. Dia menggunakan jurus-jurus yang telah dia kuasai dan berhasil mengalahkan beberapa perompak. Namun, para perompak tidak menyerah. Mereka terus menyerang Saga dengan kejam, membuatnya harus menggunakan semua kemampuan dan kekuatannya untuk mengalahkan mereka.

Saat Saga terus bertarung dengan para perompak, Gandi tiba-tiba berbicara dengan suara yang keras. “Hey, Basri! Mau makanan? Aku punya sate yang enak! Sate kambing yang dibumbui dengan rempah-rempah khas Pulau Jawa.”

Basri yang sedang bersembunyi hanya bisa menggelengkan kepala dengan frustrasi. “Apa yang salah dengan kamu, Gandi? Ini saat pertarungan, bukan saat makan! Kamu harus membantu Saga, bukan makan sate.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *