Kisah  

Menumpas Angkara Murka

Bab 6

Avatar photo

“Ayo, kita menyerah saja,” kata salah satu perompak dengan suara yang gemetar. “Kita tidak akan bisa mengalahkan dia. Dia terlalu kuat.”

“Benar, kita tidak akan bisa mengalahkan dia,” kata perompak lainnya. “Kita harus menyerah dan meminta ampun.”

Saga dengan hentakan keras meminta para perompak bertobat. “Kalau kalian tidak bertobat, aku tidak segan mengakhiri hayat kalian semua!” teriaknya dengan suara yang keras dan mata yang tajam.

Teriakan Saga ini semakin membuat perompak gemetar. Mereka semakin ragu untuk kembali menyerang Saga, dan akhirnya memutuskan untuk menyerah.

Namun, saat tiga perompak sisa akan menyerah, sebuah senjata rahasia tiba-tiba menghantam mereka. Akibatnya, mereka meregang nyawa dengan memuntahkan darah kehitaman yang seperti tercampur racun yang sangat mematikan. Suasana menjadi semakin menegangkan dan mencekam.

Sontak, Saga meminta Gandi waspada karena ada seseorang yang memiliki kesaktian lebih di sekitar arena pertarungan itu. “Gandi, waspada! Ada seseorang yang memiliki kesaktian lebih di sekitar kita!” teriak Saga dengan suara yang keras dan mata yang tajam.

Gandi yang sedang duduk santai langsung berdiri dan memandang sekitar dengan mata yang waspada. “Aku tidak melihat siapa pun, tapi aku bisa merasakan kehadiran mereka. Mereka memiliki energi yang sangat kuat dan menakutkan.”

Basri dan Karto yang melihat kejadian itu hanya bisa terkejut. Mereka tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa memiliki kesaktian yang begitu hebat. “Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu?” tanya Basri dengan suara yang gemetar.

“Aku tidak tahu, tapi kita harus waspada,” jawab Saga dengan serius. “Mereka mungkin memiliki tujuan yang tidak baik.”

Saat itu, sebuah bayangan muncul dari balik semak-semak. Bayangan itu memiliki mata yang merah seperti api dan senyum yang menakutkan. Dia berpakaian merah selayaknya seorang pangeran dan rambut yang tertata rapi dengan ikat kepala berhias keemasan.

“Selamat datang, Saga,” kata bayangan itu dengan suara yang menakutkan. “Aku telah menunggumu. Aku adalah Raja Kegelapan, dan aku telah datang untuk menghancurkanmu.”

Bayangan itu kemudian melangkah maju, dengan mata yang merah seperti api dan senyum yang menakutkan. Saga dan Gandi siap untuk menghadapi Raja Kegelapan, dengan hati yang teguh dan semangat yang tidak terkalahkan.

“Selamat datang, Saga,” kata pemuda itu dengan suara yang menakutkan dan mata yang merah seperti api. “Aku telah menunggumu.”

Saga memandang pemuda itu dengan tajam, mencoba untuk membaca niatnya. “Kamu adalah… Rangga Wisesa.”

Rangga tersenyum dengan menakutkan, menunjukkan gigi-gigi yang tajam. “Benar, aku adalah Rangga Wisesa, putra Ki Jagaseta. Dan aku telah datang untuk membalas dendam.”

“Dendam?” tanya Saga dengan penasaran, mencoba untuk memahami apa yang terjadi. “Apa yang kamu maksud?”

Rangga menatap Saga dengan mata yang merah, penuh dengan kemarahan dan dendam. “Kamu telah mengalahkanku saat uji tanding di Kesultanan Demak. Dan kamu juga telah merebut hati Nayaka Sari.”

Saga memandang Rangga dengan tenang, mencoba untuk tetap tenang di tengah situasi yang tegang. “Apa yang kamu maksud dengan Nayaka Sari?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *