Kisah  

Menumpas Angkara Murka

Bab 6

Avatar photo

“Kau tidak bisa mengalahkan aku!” iblis jelmaan Rangga berteriak dengan suara yang keras dan mengerikan, membuat Saga merasa lebih takut dan khawatir.

“Aku akan membuktikan bahwa kau salah,” Dewandaru menjawab dengan suara yang tenang dan percaya diri, membuat Saga merasa lebih percaya diri dan bersemangat.

Saat keduanya mengadu kesaktian, iblis jelmaan Rangga terpental dan terbakar. Api merah menyala-nyala membungkus tubuhnya, membuatnya terlihat seperti sebuah bola api yang mengerikan. Asap hitam dan api menyambar di sekitar mereka, membuat pertarungan semakin sengit dan dramatis.

“Kau telah kalah,” Dewandaru berkata dengan suara yang dalam dan kuat, membuat Saga merasa lega dan berterima kasih. “Aku telah menyelamatkan Saga dan mengalahkan kau.”

Saga merasa lega dan berterima kasih kepada Dewandaru. “Terima kasih, Dewandaru,” Saga berkata dengan suara yang penuh rasa terima kasih. “Aku tidak bisa mengalahkan iblis itu sendirian.”

Dewandaru tersenyum dan berkata, “Kau tidak perlu berterima kasih, Saga. Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan sebagai pelindungmu.”

Perlahan-lahan, iblis jelmaan Rangga lenyap dan kembali ke tubuh asli Rangga yang tubuhnya gosong terbakar. Rangga menjerit kesakitan sebelum meregangnya, Rangga berteriak akan membalas dendam meski dia sudah mati. Suaranya yang keras terdengar seperti ancaman yang tidak bisa diabaikan.

“Aku akan membalas dendam… meski aku sudah mati…!” Rangga berteriak dengan suara yang lemah dan penuh dendam, membuat Saga dan Dewandaru merasa lebih waspada dan khawatir.

Entah dari arah mana, tiba-tiba asap hitam pekat menyelimuti tubuh Rangga dan membawa pergi. Asap itu bergerak dengan cepat sehingga tak mampu dikejar oleh Saga maupun Dewandaru. Mereka berdua hanya bisa menonton dengan rasa penasaran dan khawatir.

“Jangan mengejar asap itu, Saga!” Gandi berteriak dari kejauhan, membuat Saga dan Dewandaru terkejut dan berpaling ke arah Gandi. “Asap itu jelmaan Ki Jagaseta, ayah dari Rangga Wisesa!” Gandi melanjutkan, membuat Saga dan Dewandaru merasa lebih takjub dan khawatir.

Gandi menghampiri Saga dan Dewandaru, wajahnya terlihat khawatir dan prihatin. “Belum saatnya kamu bertarung dengan Ki Jagaseta, Saga. Kemampuan tenaga dalammu masih kalah tiga tingkat dengan Ki Jagaseta.” Gandi berkata dengan suara yang serius dan khawatir, membuat Saga merasa lebih waspada dan khawatir.

Saga menghela napas, merasa kesal karena tidak bisa mengejar asap hitam tersebut. “Aku tidak bisa membiarkan Ki Jagaseta membawa pergi mayat Rangga. Aku harus tahu apa yang akan dilakukan Ki Jagaseta selanjutnya.” Saga berkata dengan suara yang keras dan penuh semangat, membuat Dewandaru tersenyum dan mengangguk.

Dewandaru meletakkan tangan di bahu Saga. “Jangan khawatir, Saga. Kami akan mengawasi Ki Jagaseta dari jauh. Kami tidak bisa membiarkan kamu menghadapi bahaya sendirian.” Dewandaru berkata dengan suara yang tenang dan percaya diri, membuat Saga merasa lebih lega dan berterima kasih.

Saga mengangguk, merasa lega karena memiliki teman-teman yang peduli padanya. “Terima kasih, Dewandaru. Aku tidak bisa melakukannya sendirian.” Saga berkata dengan suara yang penuh rasa terima kasih dan khawatir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *