Kinan, Ning, dan Kinanda—sebuah keluarga kecil yang kini telah sempurna.
*****
Di dalam ruangan putih yang sunyi, seorang bayi tertidur dalam dekapan ayahnya. Napasnya pelan, matanya yang bening menatap ke atas, seolah ingin memahami dunia yang baru saja ia masuki.
Kinan menatap putranya dengan perasaan yang sulit dijelaskan. Ada kebahagiaan yang meluap-luap, tapi juga ketakutan yang mengendap di sudut hatinya. Dunia ini terlalu luas, terlalu penuh dengan rahasia yang tak selalu indah.
Di sampingnya, Ning menggenggam tangannya, kehangatan yang sama mengalir di antara mereka. Mata mereka bertemu, dan dalam tatapan itu, ada janji yang terucap tanpa kata-kata.
Dulu, mereka pernah terpisah oleh badai. Tapi kini, mereka telah sampai di sini—di titik di mana cinta tak hanya soal bertahan, tapi juga tentang melangkah bersama.
Tapi hidup adalah perjalanan yang tak pernah benar-benar selesai.
Di balik kebahagiaan ini, di balik pelukan dan senyum yang mereka bagi, ada pertanyaan yang menggantung di udara.
Kemana cinta ini akan membawa mereka selanjutnya?
Dalam sunyi, Kinan menatap ke langit-langit, lalu berbisik—“Tuhan, Nanti Dimana?”
*Kisah ini fiktif. Nama, tempat, dan peristiwa dalam cerita ini hanyalah karangan penulis semata dan tidak berhubungan dengan kejadian nyata. Jika terdapat kemiripan dengan peristiwa atau tokoh nyata, itu hanyalah kebetulan belaka.
