Cerpen  

Ning

Avatar photo

“Ning, Bapak janji akan berhenti merokok dan menjalani pengobatan dengan benar,” kata Kartajaya dengan suara yang lemah.

Ning tersenyum dan memeluk ayahnya. “Ning percaya, Pak. Ning akan selalu mendukung bapak.”

Kartajaya hanya mengangguk singkat dan tidak menanggapi Kinan lebih lanjut. Ia memandang Ning dengan mata yang penuh harapan.

Saat itu, pintu rumah terbuka dan Kinari masuk ke dalam rumah dengan seragam sekolah yang lusuh dan raut wajah yang sedih. Ia adalah anak ketiga dari Ning dan Kinan, dan masih duduk di bangku SD.

Ning yang sedang duduk di ruang tamu, segera berdiri dan mendekati Kinari. “Kinari, apa yang terjadi? Kamu terlihat sedih,” tanya Ning dengan khawatir.

Kinari tidak menjawab, ia hanya menunduk dan berjalan ke arah kamar. Kartajaya yang sedang duduk di sebelah Ning, meminum obat yang diberikan oleh Ning. Ia memandang Kinari dengan raut wajah yang khawatir, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Sementara itu, Kinan tetap berada di lantai atas, bersama dengan Kinara. Mereka tidak menyadari apa yang terjadi dengan Kinari.

Kinari menangis saat berbicara dengan Bunda. “Bunda… aku diganggu di sekolah… beberapa teman laki-laki sekelasku selalu mengatakan kata-kata yang tidak enak… aku tidak bisa melawan, Bunda… aku hanya bisa menangis…” kata Kinari dengan suara yang terputus-putus.

Ning memeluk Kinari erat. “Ari, kamu tidak sendirian. Bunda ada di sini untuk kamu. Kamu tidak perlu takut untuk berbicara tentang hal ini. Bunda akan membantu kamu mengatasi masalah ini.”

“Apa yang mereka katakan, Ari?” tanya Ning dengan lembut.

Kinari menangis lagi. “Mereka mengatakan bahwa aku tidak cantik, bahwa aku tidak pintar… bahwa aku tidak berguna…”

Baca Juga :  Ning 5: "Tuhan, Nanti Dimana?"

Ning memeluk Kinari erat lagi. “Ari, kamu tidak perlu percaya pada kata-kata mereka. Kamu adalah anak yang cantik, pintar, dan berguna. Bunda sangat bangga dengan kamu.”

Ning memandang Kinari dengan serius. “Ari, kamu harus berani melawan mereka. Kamu tidak bisa membiarkan mereka terus-menerus mengganggu kamu.”

Kinari mengangguk, tapi masih terlihat takut. “Tapi, Bunda, aku takut mereka akan marah pada aku.”

Ning memeluk Kinari erat. “Ari, kamu tidak perlu takut. Bunda akan selalu ada di sini untuk melindungi kamu. Besok, Bunda akan datang ke sekolah kamu untuk berbicara dengan guru dan teman-teman kamu.”

Kinari mengangguk lagi, terlihat sedikit lebih percaya diri. “Baik, Bunda. Terima kasih.”

Setelahnya, Ning naik ke lantai atas dan memasuki kamar tidurnya dan Kinan. Ia mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara dengan Kinan.

“Kinan, aku ingin meminta kamu melakukan sesuatu untukku,” kata Ning dengan suara yang lembut.

Kinan membuka mata dan memandang Ning. “Apa itu, Ning?” tanyanya dengan suara yang sedikit lelah.

Ning mengeluarkan tabung kecil dari tasnya. “Aku ingin kamu meludah ke dalam tabung ini. Aku ingin memeriksa cairan ludahmu di rumah sakit tempat aku bekerja.”

Kinan terkejut. “Apa yang terjadi, Ning? Kamu khawatir tentang kesehatanku?”

Ning mengangguk. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja, Kinan. Tolong, meludahlah ke dalam tabung ini.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *