Pegawai Paling Rajin Se-Dunia

Avatar photo

Cerita ini datang dari Pulo Bawah, negeri yang katanya punya pegawai paling disiplin. Tak pernah telat absen, selalu datang tepat waktu. Tapi anehnya, sebelum matahari tenggelam, mereka sudah menghilang. Jangan terlalu serius, ini cuma kelakar. Tapi kalau terasa menohok, mungkin karena ada yang pas.

Di Pulo Bawah, pegawai pemerintah (katanya) ada di mana-mana.
Kantor ada, meja ada, bahkan AC menyala sejuk.
Tapi jangan salah, jangan berharap lebih.

Karena alih-alih melayani, mereka lebih dikenal sebagai pegawai turis.

📌 Pagi datang, sore hilang.
📌 Kantor buka, tapi kosong.
📌 Tugas utama? Tinjau, catat, pulang.
📌 Alasan klasik? “Ada rapat di provinsi.”

Kerja atau Wisata?

Lucu, bukan?
Warga di pulau menunggu layanan, tapi petugasnya lebih sibuk menunggu kapal balik.
Fasilitas kantor lengkap, tapi lebih sering jadi pajangan.
Pekerjaan tertunda, tapi perjalanan selalu lancar.

Mau urus dokumen? “Petugasnya lagi dinas luar.”
Mau mengadu soal fasilitas? “Nanti kami sampaikan ke pusat.”
Mau tanya kapan pegawai tinggal di sini? “Wah, itu bukan ranah kami.”

Baca Juga :  Kapal Penghubung Saja Susah!

📌 Kalau begitu, kantor ini sebenarnya untuk siapa?

Janji yang Tertinggal di Dermaga

Dulu, ada banyak janji untuk Pulo Bawah.

Katanya:
💬 “Pemerintah akan lebih dekat dengan masyarakat.”
💬 “Pelayanan akan lebih cepat dan efektif.”
💬 “Pegawai akan ditempatkan di pulau secara permanen.”

Tapi kenyataannya?

Kantor ada, tapi sering kosong.
Warga butuh layanan, tapi pegawainya sibuk ‘tinjauan’.
Masalah tak kunjung selesai, tapi laporan tetap berjalan mulus.

Jadi siapa sebenarnya yang diurus?
Dan siapa yang hanya sekadar masuk daftar absensi?

Datang, Absen, Pulang

Tak ada yang salah dengan rapat dan koordinasi. Tapi kalau pegawai lebih sering di luar daripada di tempat tugas, lalu siapa yang benar-benar bekerja?

📌 Mau sampai kapan Pulo Bawah jadi tempat singgah, bukan tempat kerja yang sebenarnya?

“Tapi ya sudahlah, ini kan cuma kelakar. Kelakar Orang Pulo. Kalau ada yang merasa, ya silakan direnungkan. Kalau tidak, anggap saja angin laut yang lewat.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *