Kepulauan Seribu – Penelitian terbaru dari Ecoton Foundation mengungkap tingginya kandungan mikroplastik di perairan Kepulauan Seribu, khususnya di Pulau Untung Jawa, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Mikroplastik tidak hanya ditemukan di air permukaan, tetapi juga pada kulit manusia dan daun tumbuhan, menandakan pencemaran plastik yang semakin meluas dan berpotensi masuk ke dalam rantai makanan.
Manajer Divisi Edukasi Ecoton Foundation, M Alaika Rahmatullah, mengungkapkan bahwa Pulau Untung Jawa memiliki tingkat pencemaran mikroplastik tertinggi dengan 72 partikel per 10 liter air permukaan. Selain itu, sampel dari kulit petugas tempat pembuangan sampah (TPS) menunjukkan 68 dan 30 partikel mikroplastik, sementara kulit warga setempat ditemukan mengandung 21 partikel, dan daun tumbuhan mengandung 13 partikel.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik yang ditemukan di kulit manusia didominasi oleh partikel fiber, yang berasal dari serpihan kain berbahan polyester atau nilon. Serpihan ini dapat menempel di kulit akibat gesekan pakaian atau aktivitas sehari-hari, seperti mengusap keringat,” ujar Alaika Rahmatullah dalam tur media bertajuk “Dari Air ke Rantai Makanan: Mengungkap Ancaman Mikroplastik di Sekitar Kita” yang diadakan oleh Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), Sabtu (22/02/2025).
Selain fiber, penelitian juga menemukan partikel film, yang berasal dari plastik tipis seperti kantong kresek, serta fragmen plastik, yang umumnya berasal dari plastik saset. Sementara itu, di Pulau Onrust, kandungan mikroplastik yang ditemukan mencapai 35 partikel per 10 liter air permukaan, 19 partikel pada kulit, dan 7 partikel pada daun. Sedangkan di Pulau Cipir, terdapat 44 partikel per 10 liter air permukaan, 25 partikel pada kulit, dan 17 partikel pada daun.
Kepala Laboratorium Ecoton Foundation, Rafika Aprilianti, menjelaskan bahwa mikroplastik merupakan pecahan plastik berukuran kurang dari 5 milimeter, yang tidak dapat terurai secara alami di lingkungan. “Plastik tidak akan terurai dan hilang di lingkungan, hanya akan terpecah menjadi bentuk baru, yaitu mikroplastik, yang berisiko masuk ke dalam rantai makanan manusia,” jelasnya.
Penemuan ini semakin menguatkan kekhawatiran akan dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya langkah konkret untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta meningkatkan kebijakan pengelolaan sampah guna menekan pencemaran mikroplastik di ekosistem perairan Indonesia.
Sumber berita : Antaranews.com
