Kepulauan Seribu — Palang Merah Indonesia (PMI) Kepulauan Seribu tengah menghadapi tantangan serius dalam menjaga eksistensinya sebagai organisasi kemanusiaan di wilayah kepulauan.
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua PMI Kepulauan Seribu, Ahmad Furqon, secara terbuka mengakui bahwa beberapa program sosial dan pelayanan kemanusiaan sempat mengalami perlambatan akibat kurangnya peran aktif relawan.
“Relawan adalah jantung organisasi ini. Tanpa mereka, PMI tidak bisa bergerak optimal di lapangan. Kami harus jujur, partisipasi relawan masih rendah dan perlu perhatian khusus,” kata Furqon yang juga menjabat Sekretaris Pengurus PMI Kepulauan Seribu.
Sebagai langkah awal pembenahan, Furqon berkomitmen untuk menghidupkan kembali semangat kerelawanan, termasuk memperkuat keberadaan Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah-sekolah. Ia menilai pembinaan generasi muda menjadi strategi penting agar nilai-nilai kemanusiaan terus tumbuh di Kepulauan Seribu.
“PMR bukan hanya wadah pelatihan pertolongan pertama, tapi juga tempat menanamkan nilai kepedulian sejak dini. Kami ingin PMR di sekolah kembali aktif, agar terbentuk kader kemanusiaan masa depan,” tambahnya.
PMI Kepulauan Seribu sebelumnya dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial seperti donor darah, bantuan bencana, hingga edukasi kesehatan. Namun, dengan karakter wilayah kepulauan yang tersebar dan keterbatasan fasilitas, konsolidasi relawan menjadi tantangan tersendiri.
Furqon menyebut, salah satu fokusnya adalah membangun kembali jaringan relawan lokal di setiap pulau. Dengan demikian, pelayanan sosial dan penanggulangan bencana dapat dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran tanpa harus bergantung penuh pada dukungan dari Jakarta daratan.
“Kami tidak ingin PMI hanya jadi nama organisasi. Harus ada aksi nyata yang dirasakan warga. Caranya adalah dengan menghidupkan peran relawan dan memberikan mereka pelatihan yang memadai,” ujarnya.
Dengan visi ini, PMI Kepulauan Seribu berharap dapat kembali menjadi garda terdepan dalam misi kemanusiaan di wilayah kepulauan, sekaligus mengajak masyarakat untuk ikut terlibat aktif.
“PMI ini milik semua orang. Kami butuh dukungan dan partisipasi warga agar pelayanan kemanusiaan bisa menjangkau seluruh pulau,” pungkas Furqon.









