Kisah  

Prahara di Untung Jawa

Bab 5

Avatar photo

Saga sendiri tersenyum dan menggelengkan kepala, menunjukkan sikap yang rendah hati dan tidak mau dipuji berlebihan. “Gandi, jangan berbohong. Saya tidak sehebat itu.” Saga berbicara dengan nada yang pelan dan sopan.

Namun, Gandi tidak peduli dengan kata-kata Saga. Dia terus melebih-lebihkan kemampuan Saga, membuat Amirudin dan warga lainnya semakin terkesan dan penasaran dengan kemampuan Saga. Gandi tersenyum dengan puas, melihat bagaimana warga mulai memandang Saga dengan penuh harapan dan kekaguman.

Amirudin menawarkan Saga dan Gandi untuk menginap di rumahnya dengan keramahan dan kebaikan hati. “Silakan, anak-anak muda. Kamu bisa menginap di rumah saya. Saya akan bercerita tentang masalah yang dihadapi warga kami selama ini.”

Saga dan Gandi menerima tawaran Amirudin dan mengikuti dia ke rumahnya. Setelah mereka duduk, Amirudin mulai bercerita dengan wajah yang serius. “Kami memiliki masalah besar di sini. Ada seorang perampok yang berada di Pulau Onrust. Dia dan anak buahnya telah membuat kami menderita selama bertahun-tahun.”

Amirudin berhenti sejenak, kemudian melanjutkan dengan suara yang penuh dengan kesedihan. “Mereka memeras kami, memaksa kami membayar upeti kepada mereka. Mereka juga telah mengambil banyak harta benda kami, bahkan anak-anak kami.” Amirudin menunduk, tidak bisa melanjutkan karena terharu.

Saga dan Gandi mendengarkan cerita Amirudin dengan wajah yang serius, mata mereka memandang Amirudin dengan penuh empati. Mereka tidak bisa membayangkan betapa menderitanya warga di sini. Mereka saling menatap, dan Saga mengangguk dengan pelan, menunjukkan bahwa dia siap untuk membantu.

Saat senja mulai menyapa, suasana di luar rumah Amirudin mulai berubah. Warna oranye memancar di langit, dan warga yang masih menunggu di luar rumah Amirudin mulai berbisik-bisik. Mereka penasaran dengan Saga dan ingin tahu lebih banyak tentangnya.

Di dalam rumah, Hajar menyambut Saga dengan keramahan dan kebaikan hati. “Anak muda, silakan minum dulu. Kamu pasti lelah setelah perjalanan panjang,” katanya sambil menyerahkan sebuah gelas berisi air hangat.

Saga tersenyum dan menerima gelas tersebut. “Terima kasih, Ibu. Saya memang sedikit lelah,” katanya sambil menyeruput air hangat tersebut. Saga menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Hajar dengan sopan.

Setelah itu, Amirudin bergabung dalam percakapan. “Baiklah, Nak Saga,” katanya. “Selepas shalat Magrib, kita akan sambung obrolan ini. Saya ingin tahu lebih banyak tentangmu, siapa kamu dan dari mana kamu asalnya.” Amirudin menunjukkan minatnya yang besar terhadap Saga dengan mata yang bersinar dengan rasa penasaran.

Saga mengangguk dengan sopan. “Baik, Pak Amirudin. Saya siap berbagi cerita tentang diri saya.” Saga menunjukkan kesediaannya untuk berbagi cerita tentang dirinya dengan nada yang ramah.

Hajar menambahkan dengan nada yang penasaran, “Saya juga ingin tahu, Nak Saga. Kamu tampaknya memiliki latar belakang yang sangat menarik.” Hajar menunjukkan rasa penasarannya terhadap Saga dengan mata yang bersinar dengan rasa ingin tahu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *