Setelah itu, Saga terlempar keluar dari dalam batang pohon Dewandaru, seperti sebuah daun yang terlempar oleh angin. Sebelum itu, Dewandaru mengatakan, “Panggil aku, Saga, bila kau membutuhkan bantuan ku kelak.”
Saat Saga keluar dari pohon, dia melihat senyum dari jiwa Kyai Pleret, yang terlihat sangat puas dan bangga dengan keberhasilan Saga menundukkan Dewandaru. Senyum itu terlihat seperti sebuah sinar matahari yang menerangi wajah Kyai Pleret.
“Ah, Saga, kamu telah berhasil menundukkan Dewandaru,” kata jiwa Kyai Pleret dengan suara yang lembut seperti angin yang berhembus di pagi hari. “Aku sangat bangga dengan kamu. Kamu telah menunjukkan keberanian dan kebijaksanaan yang sangat tinggi. Kamu telah membuktikan dirimu sebagai seorang pejuang yang tangguh dan bijak.”
Saat jiwa Kyai Pleret berbicara, dia secara ghaib meraga ke tombak yang dipegang Saga. Saga merasakan kekuatan yang sangat besar dan berenergi dari tombak itu, seperti sebuah arus listrik yang mengalir di dalam tubuhnya.
“Terima kasih, Kyai,” kata Saga dengan suara yang penuh dengan rasa syukur. “Aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa berhasil menundukkan Dewandaru tanpa bantuanmu.”
Jiwa Kyai Pleret tersenyum lagi, seperti sebuah senyum yang telah menyebar ke seluruh wajah. “Kamu tidak perlu berterima kasih, Saga,” katanya. “Kamu telah menunjukkan kekuatan dan kebijaksanaan yang sangat tinggi. Aku hanya membantu kamu untuk menemukan jalan yang benar.”
Saat itu, jiwa Kyai Pleret menghilang, meninggalkan Saga dengan tombak yang telah lengkap. Saga merasakan kekuatan yang sangat besar dan berenergi dari tombak itu, dan dia tahu bahwa dia siap untuk menghadapi tantangan yang akan datang.
Menapak di Untung Jawa
Setelah jiwa Kyai Pleret bersatu dengan tombak, kondisi cuaca membaik secara tiba-tiba. Angin kencang berhenti, hujan berhenti, dan matahari kembali bersinar, seperti sebuah lukisan yang telah selesai. Semua menjadi tenang dan damai, seperti sebuah hari yang baru telah dimulai.
Gandi dan pemilik perahu yang sedang berlindung di gubuk terkejut dengan perubahan cuaca yang cepat itu. Mereka berdua saling menatap dengan rasa heran dan khawatir.
“Apa yang terjadi?” tanya Gandi dengan suara yang heran. “Cuaca tiba-tiba membaik seperti semula!”
Pemilik perahu menggelengkan kepala dengan rasa kebingungan. “Saya tidak tahu, tapi saya rasa ini sangat aneh. Saya harap Saga tidak terkena dampak buruk dari cuaca ini.”
Gandi mengangguk dengan rasa khawatir. “Ya, saya juga khawatir tentang Saga. Mari kita keluar dari gubuk ini dan mencari tahu apa yang terjadi.”
Keduanya keluar dari gubuk dan melihat ke sekitar, mencari tahu apa yang terjadi dengan Saga. Mereka tidak tahu bahwa Saga sudah keluar dari pohon Dewandaru dan telah memiliki kekuatan yang sangat besar dari tombak Kyai Pleret. Mereka hanya berharap bahwa Saga selamat dan tidak terkena dampak buruk dari perubahan cuaca yang tiba-tiba itu.
Setelah memastikan cuaca membaik, Saga bersama Gandi berlayar menuju Pulau Untung Jawa, melalui laut yang biru dan tenang. Perjalanan laut yang relatif singkat membuat mereka tiba di Pulau Untung Jawa dalam waktu yang tidak terlalu lama.