Hikmah  

Rezeki yang Datang di Waktu Tak Terduga

Avatar photo
Foto: Ilustrasi

Malam itu, Ali duduk di beranda rumahnya yang sederhana. Angin Ramadan bertiup lembut, membawa hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Perutnya terasa kosong, tapi ia menahannya, seperti yang biasa ia lakukan setiap hari. Ia tahu, sebentar lagi azan Maghrib akan berkumandang, dan ia bisa berbuka puasa dengan segelas air putih serta sepotong roti yang tersisa.

Ali bukan orang kaya. Ia hanyalah seorang buruh bangunan yang bekerja keras dari pagi hingga petang. Setiap harinya, ia membawa pulang uang yang cukup hanya untuk makan sekadarnya bersama istri dan kedua anaknya. Ramadan kali ini terasa lebih sulit, karena proyek tempatnya bekerja sedang mengalami pengurangan tenaga kerja, dan ia belum menerima upah selama beberapa hari terakhir.

Di sakunya, hanya tersisa beberapa lembar uang ribuan. Uang itu harus cukup untuk membeli makanan sahur esok hari.

Pertemuan dengan Lelaki Tua

Dalam perjalanan pulang dari tempat kerja, Ali melewati sebuah pasar yang sudah mulai sepi. Pedagang-pedagang mulai merapikan dagangan mereka, bersiap untuk berbuka. Di sudut jalan, ia melihat seorang lelaki tua duduk bersandar di tembok, wajahnya pucat, matanya kosong.

Ali berhenti sejenak. Ada sesuatu dalam tatapan lelaki itu yang membuatnya merasa tak tenang. Ia mendekat dan bertanya, “Pak, apakah Anda sudah berbuka puasa?”

Lelaki tua itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca, lalu menggeleng pelan. “Saya belum makan sejak tadi malam, Nak,” jawabnya dengan suara bergetar.

Ali terdiam. Ia merogoh sakunya dan merasakan uang yang tersisa. Ini adalah uang terakhirnya. Jika ia memberikannya kepada lelaki tua ini, berarti ia dan keluarganya tidak akan punya makanan untuk sahur nanti.

Tapi hatinya berbisik, “Bukankah Allah yang memberi rezeki? Bukankah sedekah tidak akan mengurangi harta?”

Dengan mantap, ia menyerahkan uang itu kepada lelaki tua tersebut. “Pak, ini untuk membeli makanan. Semoga bermanfaat,” katanya dengan senyum.

Lelaki tua itu terisak. Dengan tangan gemetar, ia menerima uang tersebut dan berkali-kali mengucapkan doa untuk Ali. “Semoga Allah melimpahkan rezekimu, Nak. Semoga engkau tidak pernah kekurangan.”

Ali hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya pulang, meskipun hatinya masih diliputi kekhawatiran.

Keajaiban yang Tak Disangka

Setibanya di rumah, istrinya menyambutnya dengan senyum seperti biasa, meskipun ia tahu bahwa makanan mereka sangat terbatas. Mereka duduk bersama, berbuka hanya dengan sisa makanan yang ada. Ali mencoba menguatkan hatinya, meyakini bahwa Allah pasti akan memberikan jalan.

Malam itu, ketika Ali sedang bersiap untuk shalat Isya, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu rumahnya. Ia membuka pintu dan mendapati seseorang yang tak pernah ia sangka: majikannya di tempat kerja.

“Ali, aku mencarimu sejak tadi siang,” kata majikannya. “Aku ingin memberimu sesuatu. Ini bonus untuk pekerjaanmu selama ini. Aku tahu kau pekerja keras, dan aku ingin mengapresiasinya.”

Ali terkejut. Dengan tangan gemetar, ia menerima amplop yang disodorkan kepadanya. Ketika ia membukanya, matanya melebar. Jumlah uang di dalamnya jauh lebih besar dari yang pernah ia terima sebelumnya!

Air matanya jatuh. Ia segera teringat pada lelaki tua yang ia bantu tadi. Ia sadar bahwa Allah telah membalas kebaikannya dengan cara yang tak terduga.

📖 مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *