Tak ingin membuang waktu, Saga segera mengambil Cemeti Bondoyono yang tergeletak di atas batu hitam. Cemeti itu seperti melayang di atas batu serta mengeluarkan sinar biru muda dari genggamannya.
“Saya akan selalu menjaga nasihat itu. Karena, pusaka ini nantinya akan saya serahkan ke Sultan Demak,” jawab Saga dengan tegas.
Setelah Saga mengambil cemeti itu, dua Harimau Kurnala dan Kumbala berubah menjadi bayangan putih dan hitam. Perlahan, bayangan mereka masuk ke dalam cemeti yang kini tergenggam erat oleh Saga.
Rupanya, seperti yang dikatakan Ratu Mayangsari, ‘Cemeti Bondoyono’ adalah salah satu senjata pusaka yang memiliki kesaktian tinggi dan dapat memberikan kekuatan luar biasa bagi siapa saja yang berjodoh dengannya.
“Bawa dan simpan dengan baik, gunakanlah kami saat engkau dalam keadaan terdesak, anak muda,” samar suara Kurnala masih terdengar dari dalam cemeti itu.
Saat Saga hendak menyimpan Cemeti Bondoyono ke dalam tubuhnya, tiba-tiba terdengar suara kekehan keras dari arah timur, disertai dengan suara lantang yang menghardik dirinya.
“Hai bocah dungu, kau tak pantas memiliki senjata itu. Ayo segera bawa dan serahkan ke kami!”
“Atau kalau tidak, hidupmu akan aku bikin modar!” seru seorang pria tua berpakaian abu-abu. Sosok pria bertubuh agak gempal dengan wajah bulat dan satu mata yang tampak buta itu terus menyeringai dan terkekeh-kekeh.
“He…he…he…! Rupanya kita dapat durian runtuh, Kakang Angin Putih! Selama ini kita gagal mengambil cemeti itu, tapi bocah bau kencur ini justru mampu mengambilnya,” ucap pria berbaju abu-abu itu.
“Hmmm, sepertinya anak ini bukan pemuda sembarangan, Badai. Kita saja bertiga sudah hampir tiga belas tahun selalu gagal mengambilnya,” sahut sosok berpakaian putih panjang yang berdiri tidak jauh dari pria berbaju abu-abu yang dipanggilnya dengan nama Badai.
“Wajahnya tampan, Kakang. Dia harus jadi peliharaanku!” suara melengking tiba-tiba muncul dari atas pohon. Suara itu milik seorang perempuan setengah baya dengan dandanan menor di wajahnya. Matanya tak berkedip menatap ketampanan Saga.
“Silakan, Adik Tunjung Biru. Setelah kita ambil cemeti itu, aku persilakan kau puaskan dirimu dengan anak muda itu,” jawab sosok berbaju putih yang tampaknya adalah orang yang paling tua di antara mereka. Tiga sosok yang datang ini jelas memiliki niat buruk untuk merebut Cemeti Bondoyono dari tangan Saga.
Siapakah tiga sosok yang berpakaian putih, abu-abu, dan biru? Sosok berpakaian putih berwajah kalem dan tampak berwibawa, sementara yang berpakaian abu-abu tampak jelek dan menyeramkan, sedangkan perempuan paruh baya berpakaian biru yang dipanggil Tunjung dengan dandanan menor di wajahnya.
Mampukah Saga mempertahankan Cemeti Bondoyono dari mereka? Dan siapa sebenarnya Ki Jaga Baya, pemilik senjata pusaka Cemeti Bondoyono?
Jangan lewatkan kelanjutan petualangan Sagara Sang Panglima Samudera di babak selanjutnya! di Bab 8: Niat Jahanam Murid Durhaka
