Kisah  

Titah Sang Sultan

Bab 4

Avatar photo

Saga tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kekagetannya. “Hanya bayangan.”

Rahma mendengus, terlihat tidak percaya. “Dasar lelaki, mudah tergoda kalau melihat wanita cantik.”

Saga terkekeh, tetapi ia merasakan Rahma tidak sepenuhnya percaya padanya. Ia bisa merasakan kecurigaan Rahma, namun ia tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menghilangkan kecurigaan itu.

Sesampainya di Perguruan Tanjung Pasir, Saga berpamitan kepada Guru Sulaiman, Nyai Hasanah, Rahma, dan Zainudin. Rahma tampak berusaha menahan air matanya, dengan mata yang merah dan berbinar dengan kesedihan.

“Saga, jangan tinggalkan aku…” bisiknya dengan suara yang bergetar.

Saga memegang tangannya dengan lembut, merasakan kesedihan yang sama. “Aku harus pergi, Rahma. Aku janji akan kembali.”

Rahma menatapnya penuh harap, dengan mata yang berbinar dengan kepercayaan. “Janji?”
“Aku janji,” jawab Saga dengan tegas.

Tiba-tiba, Gandi, seorang murid muda yang bersemangat, menghampiri. “Saga, aku ingin ikut berpetualang denganmu!”

Guru Sulaiman menatap Gandi tajam, dengan mata yang berbinar dengan kebijaksanaan. “Gandi, kau belum tahu apa yang menantimu di luar sana. Namun, aku percaya kau memiliki takdir besar.”

Guru Sulaiman lalu menoleh pada Saga. “Saga, ketahuilah bahwa Gandi bukan anak biasa. Ia dulu hanyut di lautan seperti dirimu, namun ada sesuatu yang istimewa dalam dirinya. Suatu hari, kau akan mengerti.”

Saga menatap Gandi dengan penuh tanda tanya, merasa ada sesuatu yang misterius tentang murid muda itu. Namun, tak ada waktu untuk bertanya lebih lanjut.

Dengan semangat membara, Saga dan Gandi berangkat menuju Kepulauan Seribu. Misi baru telah dimulai—mencari pusaka yang tersembunyi dan menghadapi bahaya yang belum diketahui.

Nantikan kisah selanjutnya di Bab 5: Prahara di Untung Jawa!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *