Pelarian Si Pitung: Kisah Pahlawan Betawi di Pulau Untung Jawa

Avatar photo
Gambar Ilustrasi si Pitung. (Foto: Istimewah)

Di tengah Teluk Jakarta, sebuah pulau kecil bernama Pulau Untung Jawa menyimpan kisah heroik yang jarang terungkap. Pulau yang kini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kepulauan Seribu ini, konon pernah menjadi tempat persembunyian salah satu tokoh legendaris tanah Betawi, Si Pitung.

Si Pitung: Sang Jagoan Betawi

Si Pitung, atau Pitung, bukanlah nama asing bagi masyarakat Betawi. Sosoknya dikenal sebagai ‘Robin Hood’ versi Betawi yang hidup pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di masa kolonial Belanda. Lahir dengan nama asli Salihun di daerah Rawa Belong, Jakarta, pada tahun 1866, Si Pitung terkenal karena keberaniannya melawan ketidakadilan penjajah Belanda.

Berbeda dengan penjahat pada umumnya, Si Pitung merampok harta kekayaan tuan tanah dan pejabat Belanda untuk dibagikan kepada rakyat miskin. Kisah keberaniannya telah mendarah daging dalam budaya Betawi, diabadikan dalam bentuk cerita rakyat, lenong, dan bahkan film.

Pelarian ke Pulau Untung Jawa

Menurut cerita yang dituturkan turun-temurun oleh penduduk Kepulauan Seribu, pada suatu masa ketika pengejaran terhadap Si Pitung semakin gencar, ia memutuskan untuk melarikan diri ke Pulau Untung Jawa. Saat itu, pulau tersebut masih berupa hutan bakau lebat dengan sedikit penduduk, menjadikannya tempat persembunyian yang ideal.

“Kakek saya pernah bercerita bahwa Si Pitung datang ke pulau ini dengan perahu kecil di tengah malam. Ia dibantu oleh beberapa nelayan yang simpati pada perjuangannya,” tutur Pak Somad, salah satu sesepuh di Pulau Untung Jawa.

Kehidupan dalam Pelarian

Selama bersembunyi di Pulau Untung Jawa, Si Pitung konon tidak berdiam diri. Ia tetap melanjutkan perjuangannya dengan cara berbeda. Si Pitung mengajarkan ilmu bela diri dan strategi perlawanan kepada penduduk lokal. Ia juga membantu nelayan setempat dengan keterampilan melautnya.

“Ada cerita bahwa Si Pitung sempat menyamar sebagai nelayan biasa. Ia bangun subuh untuk melaut bersama nelayan lain, tetapi hanya sampai siang hari. Malamnya, ia berlatih silat dan mengajar anak-anak muda di pulau ini,” jelas Pak Somad.

Gubuk Si Pitung

Di bagian selatan Pulau Untung Jawa, terdapat sebuah lokasi yang oleh penduduk setempat disebut sebagai “Gubuk Si Pitung”. Meski bangunan aslinya telah lama hancur dimakan usia, lokasi tersebut masih dianggap keramat oleh sebagian masyarakat.

“Dulu, ada bekas gubuk dari bambu dan daun kelapa di situ. Orang-orang tua di sini selalu berpesan untuk tidak sembarangan di sekitar lokasi itu, terutama pada malam Jumat Kliwon,” ujar Pak Ahmad, juru kunci makam di Pulau Untung Jawa.

Ilmu Kebal dan Kesaktian

Seperti halnya kisah-kisah pahlawan tradisional lainnya, cerita tentang Si Pitung di Pulau Untung Jawa juga tidak lepas dari unsur kesaktian. Konon, selama di pulau tersebut, Si Pitung semakin menguasai ilmu kebal dan bisa menghilang.

“Ada yang bilang Si Pitung bisa berjalan di atas air untuk pindah dari satu pulau ke pulau lain saat dikejar Belanda. Ada juga yang percaya bahwa ia bisa mengubah wujudnya menjadi burung elang laut untuk mengawasi pergerakan patroli Belanda dari kejauhan,” cerita Bu Minah, pedagang di Pulau Untung Jawa.

Akhir Kisah di Pulau

Berapa lama tepatnya Si Pitung bersembunyi di Pulau Untung Jawa, tidak ada yang tahu pasti. Beberapa versi menyebutkan bahwa ia akhirnya tertangkap setelah dikhianati oleh rekannya sendiri. Versi lain mengatakan bahwa Si Pitung berhasil melarikan diri ke pulau lain atau bahkan ke luar Batavia.

Versi yang paling populer di kalangan penduduk Pulau Untung Jawa adalah bahwa Si Pitung tidak pernah tertangkap. Ia konon menghabiskan sisa hidupnya di pulau tersebut, menikah dengan gadis lokal, dan hidup sebagai nelayan biasa hingga akhir hayatnya.

Warisan Budaya yang Hidup

Terlepas dari kebenaran cerita ini, kisah Si Pitung telah menjadi bagian penting dari warisan budaya Pulau Untung Jawa. Setiap tahun, penduduk setempat mengadakan upacara “Sedekah Laut” yang konon dimulai oleh Si Pitung sebagai ungkapan terima kasih kepada laut yang telah melindunginya dari kejaran Belanda.

“Bagi kami, Si Pitung bukan sekadar tokoh dalam cerita. Ia adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan. Nilai-nilai yang ia perjuangkan masih relevan hingga saat ini,” ungkap Kang Asep, pemuda aktivis budaya di Pulau Untung Jawa.

Kini, meski zaman telah berubah dan Pulau Untung Jawa telah bertransformasi menjadi destinasi wisata modern, kisah Si Pitung tetap hidup dalam ingatan kolektif masyarakat. Cerita kepahlawanannya menjadi pengingat akan semangat perjuangan dan nilai-nilai keberanian yang tetap relevan hingga kini.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Pulau Untung Jawa, di balik keindahan pantainya yang menawan, tersimpan kisah heroik seorang jagoan Betawi yang pernah menjadikan pulau kecil ini sebagai benteng terakhir perlawanannya terhadap ketidakadilan penjajah.

Bagaimana Anda menilai informasi ini? Berikan reaksi Anda!