Pulau Tidung Kecil, bagian dari gugusan Kepulauan Seribu, berdiri dalam kesunyian. Angin laut berembus lembut, membawa aroma garam yang menyatu dengan bisikan gelombang di tepi pantai. Tak banyak yang tahu bahwa pulau kecil ini menyimpan sebuah legenda—kisah tentang seorang panglima yang datang dari masa lampau, seorang pejuang yang melarikan diri dari kejaran penjajah, seorang pria yang dikenal sebagai Panglima Hitam.
Mereka yang tinggal di sekitar pulau ini tahu nama itu, tetapi tidak banyak yang berani berbicara lebih jauh. Ada yang menyebutnya sebagai panglima perang yang melarikan diri setelah kekalahan besar di Batavia. Ada pula yang percaya bahwa ia bukan sekadar manusia biasa, tetapi sosok yang menyembunyikan sesuatu yang lebih besar di balik keberadaannya.
Awal Mula Sang Panglima
Konon, puluhan tahun sebelum Belanda benar-benar menguasai Batavia, seorang panglima dari kerajaan Islam berusaha mempertahankan tanahnya dari cengkraman penjajah. Perlawanan besar terjadi, pertempuran berlangsung di sepanjang pesisir. Tetapi takdir berkata lain—pasukan sang panglima kalah, satu per satu orang kepercayaannya gugur, dan hanya sedikit yang berhasil melarikan diri.
Saat perahu mereka meninggalkan daratan, satu-satunya tujuan yang tersisa hanyalah menemukan tempat persembunyian sebelum Belanda memburu mereka hingga ke titik terakhir. Dan malam itu, laut membawa mereka ke Pulau Tidung Kecil, daratan sepi yang belum terjamah manusia.
Di sana, mereka bertahan.
Pulau ini menjadi tempat terakhir bagi mereka yang tersisa, tempat di mana mereka menyusun rencana yang mungkin tidak akan pernah terwujud. Mereka bersembunyi dari dunia luar, hanya keluar saat benar-benar dibutuhkan. Penduduk setempat percaya bahwa Panglima Hitam masih ada—bukan dalam bentuk jasad, tetapi sebagai penjaga yang tak terlihat.
Misteri yang Menggantung
Ada dua versi utama tentang Panglima Hitam.
Versi pertama mengatakan bahwa ia berasal dari Mataram, pejuang yang gagal merebut Batavia dari tangan penjajah. Setelah kekalahan, ia memilih untuk menghilang, membiarkan dunia menganggapnya telah mati. Tetapi ada versi lain—yang lebih misterius—yang menyebutkan bahwa Panglima Hitam sebenarnya datang dari kerajaan Melayu, pernah menjadi pengawal kepercayaan Kesultanan Selangor, dan melarikan diri ke Pulau Tidung Kecil setelah pengkhianatan yang terjadi di dalam istana.
Mana yang benar? Tidak ada yang tahu.
Tetapi makamnya tetap ada, tersembunyi di bawah rimbunnya pepohonan di tengah pulau. Tidak banyak yang berani mendekat, karena menurut mereka, roh panglima masih berjaga.
Seorang nelayan pernah mengatakan, “Jangan pernah datang dengan niat buruk. Pulau ini akan menolakmu.”
Pertanda dan Kejadian Aneh
Tidak sedikit yang percaya bahwa pulau ini memiliki energi yang tidak biasa. Ada nelayan yang mengaku melihat sosok bayangan berjalan di tepi pantai pada malam-malam tertentu, dan beberapa pengunjung pernah mengalami kejadian aneh—barang yang tiba-tiba menghilang, suara langkah kaki yang terdengar tanpa ada siapa pun di sekitar.
Dan yang paling sering terdengar adalah suara bisikan.
Suara yang tidak berasal dari manusia.
Bisikan yang hanya terdengar saat seseorang mendekati makam sang panglima.
Apakah itu sekadar mitos?
Atau mungkin sesuatu yang lebih besar dari yang selama ini diketahui manusia?
Makam yang Menyimpan Rahasia
Makam Panglima Hitam di Pulau Tidung Kecil kini telah menjadi cagar budaya, dikunjungi oleh orang-orang yang penasaran dengan cerita di balik legenda ini. Tetapi ada yang percaya bahwa makam itu bukan hanya tempat peristirahatan—melainkan gerbang menuju sesuatu yang telah lama terkubur.
Seorang sesepuh pulau pernah berkata, “Jika kau datang ke sana dengan pertanyaan yang tepat, mungkin kau akan mendapatkan jawaban yang kau cari.”
Tetapi jawaban itu tidak selalu seperti yang diharapkan.
Karena tidak semua rahasia memang seharusnya terungkap.
Rahasia yang Terkubur
Siapa sebenarnya Panglima Hitam? Apakah ia benar-benar seorang panglima perang, atau seseorang yang lebih dari itu?
Kenapa pulau ini terasa berbeda dibandingkan tempat lain di Kepulauan Seribu?
Dan apakah benar bahwa legenda ini bukan hanya sekadar cerita, tetapi sebuah kebenaran yang telah terkubur selama berabad-abad?
Malam semakin larut di Pulau Tidung Kecil.
Angin berembus lagi.
Dan di antara gelombang yang menghantam pantai, bisikan itu kembali terdengar.
Tapi kali ini, lebih dekat dari sebelumnya.
BERSAMBUNG.









