Pulau Pari — Menjawab tantangan global perubahan iklim, Mushlihin, M.A., dosen Prodi Pendidikan Agama Islam, menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) bertema “Integrasi Pendidikan Islam dan STEM dalam Menghadapi Tantangan Perubahan Iklim”.
Kegiatan ini dilaksanakan pada 15 Mei 2025 di SMPN Satu Atap 01 Pulau Pari, dengan para pendidik lokal sebagai peserta utama.
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan literasi ekologis serta mengajak para guru untuk memadukan nilai-nilai keislaman seperti tauhid, amanah, dan tanggung jawab terhadap alam, dengan pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) dalam proses pembelajaran.
Dalam pelatihan dan diskusi interaktif, Mushlihin menekankan bahwa krisis iklim bukan sekadar persoalan teknis, tapi juga ujian moral dan spiritual.
“Pendidikan Islam punya nilai dasar keberlanjutan, dan itu bisa menyatu dengan pendekatan ilmiah dalam menyelesaikan persoalan lingkungan,” tegasnya.
Guru-guru di Pulau Pari menyambut baik inisiatif ini. Mereka menyebut kegiatan ini membuka wawasan baru dalam menyusun kurikulum yang relevan dengan konteks wilayah pesisir serta memperkuat kepedulian siswa terhadap lingkungan sekitar.
Program ini dinilai strategis, karena menyasar wilayah rawan terdampak perubahan iklim seperti Kepulauan Seribu, sekaligus mendorong pendekatan pendidikan yang lebih holistik—menggabungkan nilai iman dan logika ilmiah.
Melalui kegiatan ini, sinergi antara pendidikan agama dan sains diharapkan menjadi model pengajaran yang kontekstual dan berdampak langsung terhadap upaya penyelamatan bumi.









