Namun, ada pula cerita lain yang mengungkap bahwa patung itu sengaja diturunkan ke laut oleh seseorang di malam hari tanpa alasan yang jelas. Apakah ini bagian dari ritual, penghormatan, atau sekadar tindakan iseng, tidak ada yang tahu.
Dalam kesaksiannya, seorang instruktur selam di Kepulauan Seribu memberikan deskripsi yang memukau: “Saya sempat menyenggol patung itu, dan anehnya, meskipun bergoyang, patung tersebut kembali tegak dengan sendirinya. Seolah ada kekuatan yang menjaganya tetap berdiri.” Hal ini menambah keyakinan bahwa patung itu bukan sekadar benda biasa, melainkan menyimpan energi atau cerita yang tak terkatakan.

Jejak Sejarah dan Dunia Gaib
Pulau Kotok tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga kisah-kisah yang membuat siapa saja terpikat dan bergidik. Patung Jenderal Perang Cina di perairan ini mengajarkan kita bahwa lautan menyimpan lebih dari sekadar keindahan—ia menyimpan sejarah, misteri, dan mungkin, pesan yang belum bisa kita pahami.
Mungkin Anda cukup berani untuk menjelajahi kedalaman Pulau Kotok dan menemukan patung ini sendiri. Namun, seperti yang dikatakan oleh seorang penyelam senior: “Jangan hanya melihat dengan mata, tapi rasakan dengan hati. Laut selalu punya rahasianya sendiri.”
Rahasia yang Tak Terjangkau Waktu
Langit berwarna oranye saat penyelam itu mempersiapkan diri. Laut Pulau Kotok tampak tenang, menyimpan rahasia yang lebih dalam dari yang terlihat. Saat ia menyelam dan cahaya mulai meredup di kedalaman, patung itu berdiri di hadapannya, seperti penjaga waktu yang terlupakan. Gulma laut melingkari tubuh porselennya, namun sorot keagungannya tetap memancar. Di bagian bawah, angka “1825” tertoreh seperti bisikan masa lampau.
“Ketika ia mendekat, ada sesuatu dalam udara di sekitarnya yang berubah. Tekanan semakin berat, denyut jantung kian terasa di telinga, seolah setiap molekul air di sekitarnya berbisik, menahannya untuk tidak mendekati patung itu. Namun, rasa penasaran lebih kuat daripada ketakutan. Saat tangan penyelam menyentuh permukaan porselen yang dingin, seolah-olah sebuah gong berdentang di kejauhan. Tiba-tiba arus laut bergolak, mengguncang tubuhnya. Namun, sang patung tetap tegak, melawan waktu dan arus, seperti menantang dunia manusia.”
