*, Sosok  

Bahrudin, Nelayan Pulau Kelapa Dua yang Mengubah Limbah Kayu Menjadi Sumber Pendapatan

📷 Istimewa
📷 Istimewa

Pulau Kelapa Dua – Bahrudin, seorang nelayan dari Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu Utara, menemukan cara baru untuk meningkatkan pendapatan sambil membantu lingkungan.

Di tengah ketidakpastian cuaca yang sering kali menghambat hasil tangkapan, ia memanfaatkan limbah kayu yang terbawa arus ke pesisir untuk menciptakan miniatur kapal dan umpan pancing yang dikenal sebagai udang-udangan.

Bahrudin melihat potensi besar dalam limbah kayu yang biasanya hanya menjadi sampah laut. Dengan ketelitian dan kreativitasnya, ia mulai mengolah kayu-kayu bekas menjadi produk bernilai ekonomi.

Keahliannya menarik perhatian Kelompok Usaha Bersama Mancing Bahagia, yang akhirnya turut serta dalam pengolahan limbah kayu.

Namun, usaha ini menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam aspek kontrol kualitas, keterbatasan alat produksi, serta memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Menyadari potensi usaha tersebut, Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatra (PHE OSES) turun tangan untuk memberikan dukungan melalui program Pelaut Tangguh.

Fokus program Pelaut Tangguh adalah meningkatkan pendapatan nelayan dengan dua pendekatan, yakni optimalisasi tangkapan hasil laut serta menciptakan sumber pendapatan alternatif, kata Head of Communication, Relations and CID PHE OSES Indra Darmawan, Senin 2 Juni 2025.

Sebagai bagian dari program tersebut, PHE OSES memberikan mesin duplikator untuk pembuatan umpan pancing berbahan kayu secara otomatis, meningkatkan presisi serta efisiensi produksi.

Selain itu, PHE OSES mendirikan bengkel workshop bagi KUB Mancing Bahagia untuk mengolah kayu sisa menjadi produk berkualitas.

Bahrudin dan tim KUB Mancing Bahagia juga mengikuti studi banding ke Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana mereka belajar manajemen usaha dan penguatan kelompok.

Produk miniatur kapal dan umpan pancing hasil olahan mereka kini telah dipasarkan di Pulau Kelapa dan Pulau Harapan, dengan omzet penjualan mencapai Rp25 juta dari Juni 2024 hingga April 2025.

Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ekonomi nelayan, tetapi juga mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan serta mengurangi dampak limbah terhadap lingkungan laut.

Bagaimana Anda menilai informasi ini? Berikan reaksi Anda!