Cerpen  

Ning

Avatar photo

“Kinanda sudah mulai merokok? Bagaimana bisa?” tanya Kinan dengan ekspresi shock.

“Aku tidak tahu, tapi aku khawatir sekali. Kamu harus berbicara dengan dia, Kinan,” kata Ning dengan nada serius.

“Aku akan berbicara dengan dia, aku janji,” kata Kinan dengan suara yang tegas.

“Tapi, apa yang akan kamu katakan kepadanya? Kamu sendiri masih merokok,” kata Ning dengan nada skeptis.

“Aku… aku akan mencari cara untuk berhenti merokok, Ning. Aku janji,” kata Kinan dengan suara yang lembut.

“Kinan, aku tidak ingin mendengar janji-janji lagi. Aku ingin melihat perubahan nyata,” kata Ning dengan nada tegas.

Kinara menimpali dengan kesan judes ke ayahnya, “Ayah bohong, Bund! Ayah selalu menyuruh Abang membeli rokok untuk Ayah.

Nara lihat sendiri, Ayah! Ayah tidak pernah memikirkan kita, hanya memikirkan diri sendiri dan rokoknya!”

Ning memandang Kinan dengan mata yang penuh kekecewaan, “Benarkah, Kinan? Kamu menyuruh Kinanda membeli rokok untukmu? Apa kamu tidak malu membuat anakmu sendiri membeli rokok untukmu?”

Kinan terlihat terjebak dan tidak bisa menyangkal, “Aku… aku tidak bisa menyangkal, Ning. Aku memang menyuruh Kinanda membeli rokok untukku. Tapi, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku tidak bisa berhenti merokok.”

Kinara melanjutkan dengan nada yang semakin judes, “Ayah tidak pernah berubah, Bund! Ayah hanya berbohong dan membuat janji-janji yang tidak pernah dipenuhi! Nara tidak percaya Ayah lagi!”

“Ayahku yang tampan, Nara tidak ingin melihat Ayah merokok lagi. Nara tidak ingin Ayah sakit seperti Kakek.”

Ning memandang Kinan dengan mata yang penuh kekecewaan, “Kinan, kamu harus berubah. Kamu harus memikirkan tentang keluarga kita.”

Baca Juga :  Ning 5: "Tuhan, Nanti Dimana?"

Kinan terlihat terjebak dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia memandang Kinara dengan mata yang penuh penyesalan.

Ning melanjutkan, “Kinan, kamu harus menjaga kesehatanmu untuk anak-anak kita, terutama Nara.”

Kinara memandang ayahnya dengan mata yang penuh harapan, “Ayah, Nara ingin Ayah sehat.”

Tiba-tiba suara batuk yang keras dan berputus-putus terdengar dari ruang keluarga. Ning dan Kinan segera berlari ke ruangan tersebut dan melihat Kartajaya, ayah Ning, yang sedang menontokan televisi dengan batuk yang terus-menerus.

Di tangan Kartajaya masih terselip sebatang rokok yang masih menyala, mengeluarkan asap yang membumbung ke udara.

Ruang keluarga dipenuhi dengan bau asap rokok yang menyengat. Ning merasa khawatir dan cemas melihat ayahnya yang terus-menerus merokok.

“Pak, bapak sakit, bapak harus berhenti merokok,” kata Ning dengan suara yang khawatir.

Kartajaya memandang Ning dengan mata yang penuh penyesalan. “B… bapak… tidak… tahu… Ning… Bapak tidak ingin membahayakan orang-orang yang aku cintai…”

“Jadi, bapak harus berhenti merokok sekarang juga, Pak,” kata Ning dengan suara yang tegas. “Dan bapak harus minum obat ini sekarang juga.”

Ning menyerahkan beberapa butir obat kepada Kartajaya seraya menatapnya dengan mata yang penuh harapan. “Minum ini, Pak. Ning ingin bapak sembuh.”

Kartajaya mengambil obat yang diberikan oleh Ning dan meminumnya dengan air. Ia merasa sedikit lega setelah meminum obat tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *