Ning tersenyum dan memeluk Kinan. “Aku akan selalu ada di sini untuk kamu, Kinan. Aku akan membantu kamu berhenti merokok.”
Kinan tiba-tiba mengeluh sakit kepala berat. “Ning, aku… aku merasa sakit kepala yang sangat berat,” katanya dengan suara yang lemah.
Ning terkejut dan berteriak histeris. “Kinan! Kinan, jangan! Jangan jatuh!”
Ning berhasil menangkapnya dan memeluknya erat.
“Kinan, jangan tinggalkan aku!” teriak Ning dengan suara yang histeris.
Tapi Kinan tidak menjawab. Ia hanya terkulai di pelukan Ning, dengan mata yang tertutup.
Ning memandang Kinan dengan khawatir, lalu berteriak: “Kinan, bangun! Tolong, bangun!”
Tapi Kinan tetap tidak sadarkan diri…
Teriakan Ning membuat Kinari, Kinara, dan Karta, terkejut. Mereka bergegas mendekati Ning dan Kinan.
“Bundaaaa, apa yang terjadi?!” tanya Kinari dengan suara yang khawatir.
Ning tidak menjawab. Ia hanya memandang Kinan dengan mata yang lebar dan berteriak: “Kinan, bangun! Tolong, bangun!”
Kinara berteriak, “Ayah! Ayah, kenapa?!” sambil menangis.
Karta hanya memandang dengan mata yang lebar, terkejut dan khawatir.
Ning terus memanggil Kinan, berharap suaminya akan sadarkan diri…
Dan begitulah, cerita Ning dan Kinan berhenti di sini, dengan pertanyaan yang masih menggantung di udara… Apa yang akan terjadi dengan Kinan? Apakah ia akan sadarkan diri, ataukah…?
Jangan lewatkan kisah Ning selanjutnya! Simak kelanjutan cerita yang penuh liku dan emosi, dan temukan jawaban atas pertanyaan yang masih menggantung…
[poll id=”4″]









