Angin laut dari selatan berhembus ganas, menyapu rimbun hutan bambu di pesisir Tiongkok Selatan. Desir daun yang biasanya bernada damai kini berubah menjadi ritme kematian, mengiringi langkah seorang pemuda yang berlari terseok menembus kabut senja.
Perawan Pencabut Nyawa
Sulaiman berdiri di tengah halaman rumahnya, tubuhnya berlumuran darah, napasnya berat. Tujuh sosok bertopeng berbaju hitam mengepungnya, langkah mereka ringan namun mematikan. Hasanah berlutut di tanah, memegang tubuh Zainudin yang sudah tak bergerak. “Sulaiman… mereka terlalu kuat!” teriaknya, suaranya bergetar di tengah gemuruh malam.


