Pulau Panggang – Aksi heroik seorang nelayan bernama Mustakim (51) dari Pulau Kelapa menyita perhatian publik setelah videonya menyelamatkan beberapa ekor penyu yang terjebak di antara tumpukan sampah plastik dan limbah kayu di perairan sekitar Pulau Panggang viral di media sosial.
Dalam rekaman video, terlihat penyu-penyu malang itu kesulitan berenang akibat lilitan plastik dan serpihan kayu yang hanyut dari daratan Jakarta. Mustakim, yang kala itu sedang dalam perjalanan pulang melaut, spontan turun tangan dan membebaskan penyu-penyu tersebut satu per satu.
“Air laut seperti ini sering kotor, apalagi musim hujan. Sampah datang dari mana-mana, bahkan bisa nutup jalan perahu,” ujar Mustakim saat ditemui di dermaga, Kamis (5/6/2025).
Fenomena ini bukan kejadian baru bagi warga setempat. Seorang penduduk Pulau Panggang mengungkapkan bahwa kasus serupa pernah terjadi tahun lalu di Pulau Harapan, di mana seekor penyu sisik mati akibat menelan plastik.
Fungsional Teknis Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu, Deden Heksa menyatakan keprihatinan mendalam atas kejadian ini. “Penyu adalah indikator kesehatan laut. Kalau mereka terancam, artinya ekosistem sudah rusak,” jelasnya.
Menurut Deden, wilayah konservasi seperti Kepulauan Seribu kini berada dalam ancaman serius karena limpasan sampah dari daratan yang dibawa arus laut. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antarlembaga dan masyarakat untuk mengatasi masalah ini secara sistemik.
“Patroli dan monitoring rutin tetap kami lakukan, tapi kalau hulu persoalan sampah tidak dibenahi, semua upaya di lapangan akan selalu terbentur,” lanjutnya.
Kepulauan Seribu merupakan rumah bagi dua spesies penyu dilindungi: penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Namun, pencemaran laut yang terus memburuk menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan mereka.
Para aktivis lingkungan menyerukan tiga hal penting untuk dilakukan segera: Penguatan sistem pengelolaan sampah dari darat ke laut, Edukasi berkelanjutan kepada masyarakat dan wisatawan, dan Rehabilitasi ekosistem pesisir dan peningkatan patroli konservasi.
Seorang relawan lingkungan di Pulau Pramuka menyampaikan, “Kalau tidak ada tindakan nyata, jangan heran kalau 10 tahun lagi kita hanya bisa melihat penyu di gambar buku pelajaran.”
Kisah Mustakim adalah gambaran sederhana tapi kuat: satu tindakan nyata lebih berarti dari seribu seruan kosong. Kepulauan Seribu butuh lebih banyak Mustakim—dan lebih sedikit plastik.