“Semua karakter, peristiwa, dan lokasi dalam kisah ini adalah fiksi dan tidak memiliki hubungan dengan kejadian nyata. Penulis berharap pembaca menikmati kisah ini sebagai hiburan semata dan tidak menganggapnya sebagai fakta sejarah.”
Bab 5: Prahara di Untung Jawa
Saga menutup matanya, merasakan angin laut yang sejuk dan segar menghembus wajahnya. Dengan napas dalam-dalam, dia merasakan kekuatan dan tekad yang membara di dalam hatinya seperti api yang menyala.
“Ya, Allah,” katanya dalam hati, “aku berharap perjalananku ini dapat dilalui dengan mudah. Aku berharap aku dapat menemukan apa yang aku cari dan kembali ke rumah dengan selamat.”
Namun, Saga juga tahu bahwa perjalanannya tidak akan mudah. Dia menyadari bahwa dia akan menghadapi banyak tantangan dan bahaya di jalan, seperti ombak yang ganas dan badai yang menghantam.
“Ya, Allah,” katanya lagi, “aku siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi. Aku siap untuk berjuang, berusaha keras, dan menanggung risiko apa pun yang akan terjadi. Bahkan, nyawapun aku taruh sebagai taruhan.”
Gandi, yang duduk di sebelahnya, memegang bahu Saga dengan hangat. “Hey, Saga, jangan khawatir,” katanya dengan senyum yang menenangkan. “Kita akan melalui ini bersama-sama.”
Saga membuka matanya, merasakan kekuatan dan tekad yang membara di dalam hatinya. Dia melihat ke arah Gandi, dan merasa lebih tenang serta percaya diri.
Pemilik perahu, seorang pria setengah baya dengan wajah keriput dan mata bijak, menatap Saga dan berkata, “Kita akan singgah di Pulau Edam sebentar. Pulau ini memiliki keindahan alam yang sangat mempesona.”
Saat perahu mendekati Pulau Edam, Saga dapat melihat keindahan alam yang dimaksud pemilik perahu. Pulau Edam terlihat seperti mutiara yang terletak di tengah laut, dengan pantai-pantai putih dan pasir halus seperti sutra.
Di sekitar pulau, terumbu karang alami terhampar, dengan ikan-ikan berwarna-warni berenang di sekitarnya seperti pelangi yang bergerak. Udara di sekitar pulau terasa segar dan sejuk, dengan aroma laut khas seperti bunga yang sedang mekar.
Saat perahu berlabuh di pantai, Saga dapat melihat keindahan alam Pulau Edam lebih dekat. Di sekitar pantai, pohon-pohon rimbun dan tanaman hijau tumbuh, dengan bunga-bunga berwarna-warni bersemi di sekitarnya seperti permata yang berkilauan.
Suara burung-burung laut yang bernyanyi di sekitar pulau menambah keindahan alam Pulau Edam. Saga merasa seperti berada di sebuah surga yang terletak di tengah laut, dengan keindahan alam yang mempesona dan suasana yang tenang.
Kakek Berjubah Putih
Tiba-tiba, seorang kakek berjubah putih muncul di depannya. Kakek itu memiliki mata yang tajam dan wajah yang penuh kerutan, namun dia memiliki aura yang sangat kuat dan misterius. Saga dapat merasakan kehadiran kakek itu seperti sebuah badai yang akan datang, penuh dengan energi dan kekuatan.
Sebelum Saga bisa bereaksi, kakek itu sudah menghilang ke dalam rerimbunan pohon di Pulau Edam. Dengan cepat, Saga menggunakan ajian Saipi Angin tingkat 2, yang memungkinkannya bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi.