Kisah  

Titah Sang Sultan

Bab 4

Avatar photo

Sementara itu, Saga dengan mudah menyingkirkan wakil dari Perguruan Kelabang Ungu dengan teknik bertarungnya yang terus berkembang. Ia bergerak dengan lincah dan gesit, menghindari serangan lawannya dengan mudah dan membalas dengan serangan yang tepat dan mematikan.

Namun, perhatian utama tertuju pada Nayaka Sari yang menghadapi pendekar dari Perguruan Genta Bumi. Dalam satu gerakan anggun dan elegan, ia mengeluarkan jurus Ratu Srigunting Membelah Angin, yang mengombinasikan kecepatan dan presisi luar biasa. Lawannya bahkan tidak sempat melakukan perlawanan sebelum jatuh tersungkur ke tanah dengan keras. Nayaka Sari berdiri di atasnya, menang dengan mudah dan percaya diri.

Malam Sebelum Pertarungan Final

Saat malam tiba, Saga duduk bersila di kamar penginapannya di istana, mencoba menenangkan pikirannya dan mempersiapkan diri untuk pertarungan final. Tiba-tiba, suara lembut yang sudah dikenalnya berbisik di telinganya, membuatnya merasa lebih tenang dan siap.

“Saga… pertarungan esok hari bukanlah sekadar uji tanding biasa,” kata suara itu dengan nada yang bijak dan berwibawa.

Ratu Mayangsari muncul dalam cahaya samar, wajahnya tenang namun penuh makna. Ia memandang Saga dengan mata yang bijak dan berpengalaman.

“Aku harus bertarung sebaik mungkin, bukan?” tanya Saga dengan nada yang percaya diri.

Ratu Mayangsari tersenyum samar. “Bukan hanya itu. Lawanmu bukan sekadar pendekar berbakat. Ia adalah seseorang yang akan menemanimu dalam perjalanan panjang, di enam pulau, di Demak, dan bahkan ketika kau kembali ke masamu.”

Saga terdiam, merasakan keheranan dan kepenasaran. “Maksudmu… Nayaka Sari?” tanyanya dengan nada yang ragu-ragu.

Ratu Mayangsari tidak menjawab secara langsung, hanya tersenyum penuh misteri sebelum menghilang dalam kilatan cahaya. Malam itu, dalam perenungan yang dalam, Saga menyadari bahwa ia telah mencapai kemajuan besar.

Ia kini menguasai Saipi Angin Tingkat Kedua, serta meningkatkan jurus Betsi hingga tingkat ke-15.

Saga tersenyum kecil, merasakan kepercayaan diri dan kesabaran. Pertarungan esok hari akan menjadi ujian sejatinya, dan ia siap untuk menghadapinya dengan kekuatan dan ketenangan.

Pertarungan Final: Saga vs Nayaka Sari

Keesokan paginya, alun-alun penuh dengan para penonton yang bersemangat dan penasaran. Semua orang ingin menyaksikan pertarungan antara dua pendekar paling menonjol dalam uji tanding ini.

Sebelum pertarungan dimulai, Saga sempat berbicara dengan Sulaiman dan Rahma, yang memberikan dukungan dan semangat.

“Hati-hati, Saga,” ujar Rahma dengan nada khawatir. “Pendekar itu… dia sangat kuat.”
Saga tersenyum menenangkan. “Aku tahu, Rahma. Aku siap.”

Sementara itu, Ki Patih Suryanata mendekati Nayaka Sari, yang berdiri dengan percaya diri dan siap untuk bertarung.

“Jangan menahan diri. Aku ingin kau menguji ketangguhannya,” kata Ki Patih Suryanata dengan nada yang serius.

Nayaka Sari mengangguk. “Baik, Guru.”

Saat pertarungan dimulai, Nayaka Sari langsung menyerang dengan jurus Srigunting Menukik, gerakan cepat dan tajam seperti burung pemangsa. Saga dengan gesit menghindar, lalu membalas dengan Jurus Tapak Pemecah Samudera. Bentrokan keduanya menciptakan semburan debu di arena.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *